Rembulan kembali tersenyum lebar, saat sang raja siang telah terlelap di peraduan. Menggantikan tugasnya untuk menerangi langit yang gelap. Dengan pancaran pesonanya yang indah dan terang.
Di saat itu juga, beberapa serangga dan hewan malam mulai mengadakan konser. Bernyanyi bersama dengan nada masing-masing, di balik rerimbunan pohon serta semak-semak yang rindang.
Sungguh syahdu, tenang, dan penuh ketentraman. Sebuah suasana yang khas di Desa Sidetapa. Apalagi, para penduduk sedang asyik menikmati kehangatan di rumah masing-masing. Setelah lelah bekerja di ladang sepanjang hari.
Kopi, tuak, arak, dan gorengan menjadi sajian utama bagi mereka. Entah itu menikmatinya bersama anggota keluarga atau tetangga yang datang ke rumah. Saling bercengkrama, tertawa, dan kecak-an untuk menambah kemeriahan serta keceriaan suasana.
Yah, hampir sebagian rumah suasananya seperti itu. Walau ada juga yang tampak sunyi dan tenang. Entah karena penghuninya sudah terlelap atau sibuk duduk di teras, sambil memandangi pesona sang rembulan.
Dibalik itu semua, jauh dari pusat desa. Di antara rerimbunan pohon dan semak, tampak beberapa pasang mata sedang mengawasi sebuah rumah.
Rumah tersebut tampak sederhana, tapi cukup besar dengan halaman yang terbilang luas. Beratap genteng dan bertembok permanen yang dicat putih. Di mana tidak semuanya seperti itu. Rata-rata masih beratap ijuk serta bertembok semi permanen.
Hal ini juga menandakan status ekonomi dan kasta dari sang penghuni rumah. Walau tidak bisa dipukul rata.