“Untuk apa kamu datang ke gereja jika bukan untuk berdoa?”
Lagi-lagi pertanyaan gadis itu tidak digubris. Pasalnya gadis itu sudah mengklaim jika pertanyaan terakhir tadi tidak kunjung mendapat jawaban, berarti pemuda di hadapannya benar bisu.
Oke. Bisu, nih?
Baru saja batinnya hendak membenarkan, detik itu juga patah sudah praduga dari si gadis. Pemuda tadi bersuara, begitu pelan dia berkata,
“Untuk melihat apakah ada sesosok malaikat yang sedang menjalani hukuman.” Sejak mendapat jawaban tersebut, Gloria bersumpah tidak akan mengabaikan dia.
×××
“Lori, kapan dongengmu dimulai?!” Sebuah teriakan mampu mendiamkan kericuhan kedai tua di ujung pasar desa. Konon jika teriakan membahana mulai dilantangkan, sudah waktunya sebuah dongeng diperdengarkan.
Entah sejak kapan di pedesaan Lota, selalu mengadakan acara kumpul massal untuk sekedar mendengar seorang pelayan kedai bercerita. Dari penampilannya yang sederhana bisa dikatakan gadis si Pendongeng memiliki usia sangat muda. Lantas apa yang menjadikannya pantas menyandang posisi si Pendongeng desa?
Kelihaiannya dalam bercerita.
Menurut kabar burung, keluarganya pun begitu ahli mendongengkan berbagai kisah. Jadi…
“Harus mulai dari mana daku hari ini?”
***
“Kisahmu itu apa tidak berat untuk diperdengarkan telinga tetani?” Si Pendongeng lantas menoleh. Terselip senyum pada wajah letihnya.
“Bukankah kisah dalam perjanjian selalu berat?” Gadis itu balik bertanya. Menjadikan pemuda yang mengawali percakapan mereka menggerang kesal. Sebelum terjadi perang air cuci piring, seseorang dari belakang mereka mulai menengahi.
“Lori, Lago. Bisakah cepat cuci piringnya? Tanganku mulai gatal untuk tidak melakukan sebuah sihir, sepertinya,” sahut Aoval menarik perhatian Gloria juga Glagol.
“Hei, penyihir tua! Daripada memburu kami, kenapa kau juga tidak turut membantu kami? Simpan lentera itu di tanah, untuk apa juga kau terus memegangnya?”
Pemuda dengan ciri khas nada tinggi pada tiap kalimatnya, akrab dipanggil Lago, bernama lengkap Glagol. Berstatus, pemilik kedai bernama Nuntius Dei. Memiliki 2 pelayan, yakni Gloria si Pendongeng dan Aoval si Peracik Cita Rasa.
Siapa sangka jika mereka tinggal di suatu tempat sama demi mengemban tugas masing-masing.
“Lago, kau sendiri yang memintaku menerangi kalian.”