Keesokan harinya aku kembali bersiap-siap untuk pergi ke sekolah bersama dengan Aarav karena yang lainnya sudah berangkat duluan.
“ Aarav ayo.” Ajakku.
“Bentar-bentar.” Ucapnya, aku pun memutuskan untuk menunggunya di luar. Tak lama kemudian Aarav keluar dan segera menaiki sepeda motor dan mengajakku, aku pun mengangguk dan berpamitan pada profesor.
“ Pegangan cha.” Titah Aarav, aku pun mengangguk dan berpegangan. Beberapa menit kemudian kami sampai di sekolah dan ketika memasuki gerbang aku melihat ada Xavera dan juga Axel. Mereka tersenyum padaku dan melambaikan tangan.
“ Ntar pulangnya bareng gue lagi ya.” Ucap Aarav setelah usai memarkirkan sepeda motornya. Aku pun hanya mengangguk dan pergi menghampiri Xavera dan Axel.
“ Hai ver.” Sapaku ketika menghampiri Xavera dan Axel.
“ Lah kok yang di sapa cuman dia sih? Kok gue enggak?.” Ucap Axel.
“ maaf kamu siapa ya?.” Ucapku pura-pura tidak tahu.
“ Masa gak kenal sama pacar sendiri sih?.” Goda Axel.
“ Ishhh apaan sih.” Ucapku kesal sambil memukul lengan Axel.
“ Acieee yang berantem hahaha.” Ejek Xavera sambil tertawa.
“ Idih amit-amit dah.” Ucapku sambil mengusap-ngusap kepala. Melihat hal itu mereka pun tertawa, aku pun merasa kesal dan memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua dan menuju ke kelas.
“ Yahhh cha jangan marah dong.” Ucap Xavera membujukku
“ Elo sih xel. Dah tau chalondra gak suka sama lo masih lo kejar dasar kamu. Hahaha” Ucap Xavera sambil tertawa.
“ Lah terus lo apa kabar?.” Sindir Axel.
“ Idih apaan gue mah udah pasti kali dia-nya suka ama gue.” Ucap Xavera bangga.
“ Iyah deh kalian saling suka. Tapi kok gak di tembak-tembak sih? Heran gue.” Sindir Axel lagi. Itulah perdebatan mereka ketika kami sedang berjalan ke kelas, aku menghela nafas kesal dengan mereka berdua yang memperdebatkan doi, ya meskipun aku tau bahwa Axel hanya bercanda bahwa dia suka padaku. Aku pun memutuskan berhenti berjalan dan mereka berdua juga berhenti dan saling menatap seperti menanyakan ‘kenapa berhenti?’
“ Kalian berdua ngomongin apaan sih. Halooo ini masih pagi banget loh buat berantem.” Ucapku mencoba menghentikan perdebatan yang mereka debatkan. Mereka pun terdiam sejenak dan kembali mengomel.
“ Axel duluan tuh.” Tuduh Xavera pada Axel.
“ Idih apaan si, vera duluan tuh bukan gue.” Ucap Axel tak mau kalah. Mendengarkan omelan mereka membuatku semakin kesal dan memutuskan untuk meninggalkan mereka berdua, melihat aku meninggalkannya mereka saling menuduh satu sama lain. Sesampainya di kelas aku pun duduk di mejaku, Xavera dan Axel pun duduk di kursinya, daripada mendengar mereka berdebat lagi aku memutuskan untuk tidur.
“ Chaa.” Ucap Xavera di sebelahku sambil mengguncangkan tubuhku.
“ Hmm.” Gumamku.
“ Maafin aku ya.” Ucapnya meminta maaf. Aku pun terbangun dan menatapnya sambil tersenyum dan mengangguk. Dia pun tersenyum senang, sambil melirik Axel.
“ Axel kamu minta maaf juga dong sama chalondra, kan kamu juga salah.” Titah Xavera pada Axel. Axel pun menarik kursinya dan meletakkannya di mejaku.
“ Cha.” Panggilnya.
“ Hmm.” Jawabku yang masih setengah sadar
“ Cha.”
“ Hmm.”
“ Cha.”
“ Paan.”
“ Cha.”
“ APAAN SIH?!” Ucapku kesal dan kali ini aku benar-benar terbangun.
“ Hehe enggak kok gue cuman ngetes telinga lo aja ternyata masih berfungsi dengan baik walaupun rasa sabarnya gak berfungsi dan rasa marah dan kesalnya kelewat batas. HAHAHA.” Ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak karena dia berhasil membuatku ingin memukul dia menggunakan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yang besar nan tebal itu.
“ AXELLL!!.” Teriakku kesal setengah mati padanya. Melihatku kesal dia pun berlari menjauhiku.
“ AXEL SINI LO!.” Teriakku lagi sambil mengejarnya yang berlari keluar kelas, dan aku tak menyangka bahwa di luar ada Bu Dini yang akan mengajar ke kelas tanpa perlu di suruh aku pun mengurungkan niatku untuk mengejar Axel. Berbeda denganku, Axel tak menyadari kedatangan Bu Dini.
‘ Please jangan nabrak please.’ Kataku dalam hati, sambil menutup wajah tak ingin melihat.
BRUKK..
Mendengar suara itu sontak murid-murid pun menoleh ke sumber suara dan terlihat bahwa di sana Axel menabrak Bu Dini hingga Bu Dini jatuh ke lantai. Xavera yang sedang asyik bermain game pun ikut terkejut.