Chalondra

Indri Lestari
Chapter #5

"Kotak"

Kami sedang berada di ruangan kerja profesor Birdella dia ingin menunjukkan sesuatu pada kami. Profesor Birdella akan menunjukkan sesuatu dan memberitahu yang sebenarnya pada kami.

“ Selamat pagi.” Sambut nona Bee saat kami memasuki ruang kerja profesor.

Ruang kerja profesor Birdella memiliki beberapa ruangan rahasia di mana dia menyimpan berkas-berkas penting juga peta-peta yang sangat rahasia dan penting, di ruangan profesor pun terdapat banyak buku pengetahuan tentang 5 bunga kekuatan dan buku tentang sang Zephyr dan masih banyak buku lainnya.

Aku mencoba mengamati satu persatu buku, kemudian ada buku yang menarik perhatianku dan aku pun memutuskan untuk mengambilnya, buku itu terlihat kusam dan berdebu aku pun meniupnya dan mengusap buku tersebut, barulah terlihat apa judul buku tersebut di buku tersebut tercantum huruf yang tidakku kenali. 

Setelah berapa menit aku mengamati buku tersebut, di dalam pandanganku huruf-huruf yang tadi tidakku kenali mendadak mengapung, berpindah tempat dan membentuk kata demi kata menjadi huruf yang aku paham. Aku pun mengernyit heran ‘ bagaimana bisa?’ Ucapku dalam hati. 

‘ Kau adalah orang berikutnya.’ Begitulah yang tertulis di sana.

Profesor Birdella dan yang lainnya menoleh ke arahku, tak lama kemudian buku tersebut terbuka dan mengeluarkan cahaya dan melayang, melihatnya aku pun mundur beberapa langkah dan memperhatikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Kemudian dari buku tersebut muncul beberapa bola cahaya yang masing-masing mengeluarkan warna cahaya yang berbeda-beda, yaitu berwarna biru, merah muda, putih, dan kuning. 

Cahaya tersebut mengelilingiku dan aku merasakan bahwa cahaya tersebut masuk ke dalam tubuhku, dan tubuhku melayang. Ada sedikit rasa sakit yang di timbulkan bola cahaya ketika masuk ke dalam tubuhku, setelah bola cahaya masuk ke dalam tubuhku, aku pun turun dengan perlahan ke bawah dan bola-bola cahaya tersebut membentuk sebuah simbol di leherku di mana di sana terdapat beberapa macam bunga yang simbolnya tidak terlalu terlihat dengan jelas.

Melihat hal itu profesor dan yang lainnya takjub dan melongo tak percaya. Raut wajah profesor yang sangat senang sekali melihat hal itu menghampiriku dan memelukku dengan erat sambil menangis terharu dan membungkukkan badannya seperti dia sedang berhadapan dengan seorang keluarga raja.

“ Loh profesor kenapa?.” Ucapku sambil mencegah profesor membungkukkan badannya.

“ tidak cha biarkan aku menghormatimu. Em maksudku putri.” Ucapnya dan kemudian membungkukkan badannya. 

Lihat selengkapnya