“ Itulah kenapa aku sangat tidak ingin mengakui bahwa Osmond adalah ayahku.” Ucap Chalondra datar, setelah mendengarkan apa yang terjadi ketika dia sedang tidak ada.
“ Aku tau perasaanmu Cha. Tapi bagaimana pun dia adalah ayahmu, seburuk-buruknya dia dalam pandanganmu dia tetap ayahmu Cha.” Ucap profesor menasihatiku.
“ Apa adil jika dia disebut ayah ketika dia saja ingin menghabisi putrinya sendiri?.” Ucapku datar kemudian meninggalkan ruangan kerja profesor dan menuju ke kamarku.
“ Tapi Chaa..” Ucap profesor setelah melihat aku berlalu.
“ Sudahlah Birdella, wajar saja jika dia tidak dapat mengakuinya dengan begitu saja. Dia butuh proses untuk melupakan kejadian itu.” Cegah paman sambil memegang pundak profesor.
“ Heh dasar anak sama bapaknya sama-sama keras kepala.” Gumam profesor melihat sikapku yang sama dengan Osmond, sama-sama keras kepala.
Paman pun merangkul pundak profesor dan terkekeh melihat kepergianku.
Merasakan ada seseorang yang merangkulnya profesor pun menoleh ke arah paman dan paman pun menoleh, beberapa detik mereka bertatapan kemudian profesor memalingkan wajahnya dan menepis tangan paman.
“ Ishhh apaan sih.” Ucap profesor salting sambil menepis tangan paman. Melihat profesor terlihat salting paman pun tertawa dan berlalu.
Sebenarnya paman Michiavelly terlihat menyukai profesor Birdella, namun sepertinya profesor Birdella masih belum bisa membuka hatinya untuk siapa pun setelah kepergian paman Naaman beberapa tahun yang lalu.
Sesampainya di kamar aku pun langsung membaringkan tubuhku dan memejamkan mataku, namun pikiran tentang siapa ayahku masih menghantui pikiranku membuatku tak bisa tidur.
Apa benar Osmond ayahku? Apa benar dia ingin membunuh aku karena aku mewarisi kekuatan Zephyr?.
“ Jika ayahku akan membunuhku karena aku salah satu pewaris kekuatan kakek, mungkin aku tidak akan di bunuh jika aku melepaskan kekuatan itu.” Gumamku.
Aku berniat untuk menyuruh kakek mengambil kekuatanku agar aku bisa hidup damai dan tidak perlu ketakutan karena ayahku akan membunuhku.
Keesokan harinya..
Aku dan Caleb juga yang lainnya sedang sarapan. Kami akan berangkat nanti siang, tapi aku belum memberitahu hal ini pada Caleb maupun profesor.
Aku takut jika aku mengatakannya apa mereka akan marah? Atau tidak? Tapi aku optimis jika mereka mendengar keputusanku ini mereka akan marah terutama kakek dan Caleb.
“ Arghhh.” Teriakku.
“ Kenapa Cha?.” Tanya profesor ketika mendengar aku berteriak tiba-tiba.
“ Ehh? Enggak kok hehe.” Ucapku gelagapan.
‘ Ah dasar! Memikirkannya saja membuatku pening! Jangan sampe ketauan deh.’ Gumamku sambil menepuk jidat.
Setelah selesai sarapan kami berkumpul di ruang TV dan mengobrol ringan di sana sedangkan aku hanya duduk dan melamun sambil melihat ke luar jendela. Entahlah meskipun aku tidak ingin memikirkannya tapi hal itu masih menghantui pikiranku.
‘ Memangnya apa yang harus aku khawatirkan? Bukankah hal itu akan membuat hubunganku kembali dan rencana jahatnya akan di hentikan karena aku menghilangkan kekuatan yang diwarisi Zephyr.’ Batinku.
“ Oy!.” Teriak kak Aarav di samping telingaku. Aku mendengar itu kaget dan memukul lengannya.
“ Ish apaan sih?!.” Ucapku kesal.
“ Ya lagian dari tadi ngelamun terus sih.” Ungkap kak Aarav.
“ Lagi mikirin apaan sih?.” Sambungnya.
“ Ehh? Enggak kok.” Ucapku gelagapan. Aku pun melihat ke arah jam tanganku yang menunjukkan sekarang jam 10 siang.
Aku pun menarik lengan Caleb yang dari tadi asyik bergosip membicarakan sesuatu dengan kak Myesha dan Meisie.