“ Euhh udah ah.” Ucapku kemudian bangkit dan pergi ke taman.
“ Aishh dasar cewe.” Keluh Rafardhan.
Mendengar itu aku pun mengacungkan jari tengahku setinggi mungkin agar terlihat oleh paman Rafardhan dan Caleb sambil berlalu pergi ke taman.
Sesampainya di taman aku duduk di atas batu tempat aku bermeditasi bersama Zephyr.
Aku pun menatap ke arah aliran air yang mengalir dengan deras dan kemudian kakiku memainkan aliran air tersebut.
Namun aliran air tersebut malah mengalir ke atas kakiku dan terus mengalir naik.
“ Aneh.” Ucapku heran.
Namun setelah beberapa detik air tersebut kembali turun dari kakiku dan menyatu kembali bersama dengan yang lain.
Setelah bosan bermain air aku pun tiduran di atas batu dengan posisi kakiku bersila, dan menggunakan kedua tanganku sebagai bantalan.
“ Kau harus belajar dengan sungguh-sungguh untuk menguasai kekuatan yang diwariskan ayahmu. Kau harus membuat ayahmu sadar agar dia membatalkan rencana jahat ayahmu, dan meluluhkan hatinya.” Pikiranku masih mengulang-ngulang kalimat ibu di kepalaku.
“ Apa maksudnya?.” Gumamku.
“ Yah baiklah aku akan berusaha keras agar dapat mengusai 5 kekuatan itu.” Ucapku.
“ Kau harus menguasai kekuatan 5 bunga tersebut dan kau harus menyatukan semua kekuatannya dan menghasilkan kekuatan yang baru untuk mengalahkan ayahmu. Karena dia juga menguasai dengan baik ke 5 bunga kekuatan itu kecuali kau dapat menghasilkan kekuatan baru yang tak dikuasai ayahmu.” Tiba-tiba terlintas kalimat yang ibu ucapkan padaku.
“ Apa lagi maksudnya ini?.” Ucapku.
Sambil menghela napas panjang dan kemudian menatap ke atas, memandangi langit biru yang tak ada awan sedikit pun.
Terkadang jika aku merasa lelah atau khawatir akan sesuatu aku selalu menatap langit yang biru.
Entah kenapa tapi semua beban pikiranku terangkat semua ketika menatap keindahannya. Tanpa di sadari aku pun tertidur di atas batu dengan lelap.
“ Chaa hey bangun.” Samar-samar aku mendengar suara itu. Dan aku pun terbangun dari tidurku.
“ Hmm?.” Gumamku sambil mencoba untuk duduk dan membuka mataku.
“ Apa?.” Tanyaku. Kali ini aku benar-benar sadar.
“ Enggak gue tadi kebetulan lagi jalan-jalan di sekitar sini terus liat lo deh lagi tidur.” Jelas Caleb.
“ Eh geser dong.” Titahnya. Aku pun menggeser dan pindah ke tepi untuk Caleb duduk.
“ Geser lagi.” Titahnya lagi, aku pun menurut dan menggeser ke tepi batu.
“ Lagi, lagi.” Sambungnya.
“ Aishh.” Keluhku.