Aku pun terjatuh dan terkulai lemas, tubuhku di penuhi banyak sekali lebam dan darah segar yang mengalir deras di banyak tempat. Kakek dan para paman pun menghampiriku yang sedang terkulai lemas.
“ Cepat bawa dia ke dalam.” Titah kakek pada para paman.
“ Bentar dulu. Hayati lelah.” Keluh paman Adelard.
“ Heh kalian ini.” Ucap kakek sambil berkacak pinggang melihat kelakuan cucu-cucunya.
Kakek pun segera berjongkok dan segera mengamati lukaku yang cukup parah. Dia pun menatapku sedih kemudian mengelus-elus kepalaku dengan sayang.
“ Heh obati kami dulu baru dia.” Ujar paman Rafardhan, kakek pun kemudian menghampiri paman Rafardhan yang sedang terduduk.
“ Dasar kau ini tak punya sopan santun!.” Ucap kakek sambil memukul lengan paman Rafardhan yang banyak lebam dan luka.
“ Aghh sakit.” Keluh paman Rafardhan saat menerima pukulan dari kakek sambil cengar-cengir.
Kakek pun memutuskan untuk segera membawaku masuk dan meletakkanku di kamar kakek. Sedangkan para paman di bopong oleh kakek yang dibantu oleh para pelayan dan diletakkan di kamar kakek.
Kakek pun segera memanggil beberapa tabib kastil untuk menyembuhkanku dan para paman juga Caleb.
Aku di sembuhkan oleh 2 tabib dan kakek, karena lukaku parah sekali. Tidak parah bagaimana? Aku di keroyok oleh para pamanku.
“ Aku tidak percaya kekuatannya sebesar itu.” Ucap paman Rafardhan.
“ Dia bahkan sampai bisa mengangkat Caleb dengan satu tangan di usianya yang sangaaat kecil.” Sambung paman Rafardhan.
“ Dia sama hebatnya dengan ayahnya.” Ucap kakek sambil menatapku dan tersenyum.
“ Ya kau benar. Mereka sama-sama keras kepala dan berpikiran pendek.” Ucap Caleb sambil tersenyum dan menahan sakit.
“ Tapi bukankah kekuatannya sudah di cabut?.” Tanya Caleb heran.
“ Iya. Aku heran kenapa dia bisa sekuat itu padahal kekuatannya sudah dicabut bukan?.” Tanya paman Cullen.
“ Tentu saja tidak.” Ucap kakek.
“ Eh?!.” Ucap para paman serentak kecuali paman Adelard yang sudah mengetahuinya.
“ Bagaimana bisa?.” Tanya Caleb.
“ Tentu saja bisa.” Ucap kakek.
“ Jelaskan padaku.” Ucap Caleb dan kemudian diikuti oleh anggukan para paman kecuali paman Adelard.
“ Jadi gini..” Ucap kakek dengan menampilkan muka serius. Para paman juga ikut mendengarkan dengan serius penasaran dengan apa yang akan kakek katakan.
“ Apa?.” Tanya Caleb penasaran.
“ Kepo.” Ucap kakek.
“ Auchhh.” Keluh paman Seth.
“ Aigooo.” Keluh paman Volker.
“ Cullen.” Ucap paman Adelard datar.
“ Apa?.” Tanya paman Cullen.
“ Golok mana golok?.” Ucap paman Rafardhan datar sambil menatap kesal kakek.
“ KEROYOK GAK NIH?!.” Teriak Caleb memprovokasi para paman.
“ SIKAAAT!.” Seru paman Cullen.