Chalondra

Indri Lestari
Chapter #25

Kemunculan Osmond (2)

Keesokan harinya..

Aku terbangun dari tidurku dan segera untuk duduk. Rasa sakit yang ada di tubuhku masih terasa, namun tak sesakit kemarin.

“ Mandi jangan?.” Ucapku mempertimbangkan.

“ Kalo mandi ntar sakit.” Pikirku.

“ Tapi kalo gak mandi.. bau.” Sambungku.

“ Sakit, bau, sakit, bau, sakit, bau, sakit, bau, sakit, bau.” Ucapku mempertimbangkannya menggunakan 10 jariku.

“ Yaudah. Mandi aja deh hehe.” Ucapku.

Aku pun segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu aku pun mengganti perban dengan yang baru. Setelah selesai semua aku pun langsung pergi ke ruang makan.

“ Pagi kakek.” Sapaku ketika aku masuk ke ruang makan dan melihat kakek yang sedang duduk bersama para paman dan Caleb.

“ Pagi Cha.” Sapa kakek. 

“ Bagaimana keadaanmu Cha?.” Tanya kakek.

“ Lebih baik. Tapi agak sakit, apalagi pas mandi.” Keluhku.

“ Cha. Omong-omong tentang kekuatanmu, apa kau tidak mau berubah pikiran?.” Tanya paman Adelard.

“ Kenapa memangnya?.” Tanyaku sambil sibuk memperhatikan makanan yang di hidangkan oleh pelayan.

“ Aku hanya bertanyaa.” Ucap paman Adelard.

“ Tidak. Keputusanku bulat, kecuali ada yang menggoyahkannya.” Ucapku sambil menyantap makanan.

“ Aigooo.” Keluh paman Adelard.

“ Kalo paman suap pake makanan enak mau?.” Tawar paman Volker. Mendengar tawaran paman Volker aku pun menatap paman dengan mata berbinar.

“ Benarkah?.” Tanyaku meyakinkan.

“ Ya.” Seru paman Volker.

“ Apa itu?.” Tanyaku.

Paman Volker pun mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan menunjukkannya padaku, melihat barang yang di keluarkan paman membuatku kesal.

“ Aigooo katanya makanan enak! Kok permen loli sih?!.” Protesku.

“ Ini enak loh.” Ucap paman Volker.

“ Yaudah sini.” Pintaku sambil mengulurkan tanganku dan kemudian paman Volker pun langsung memberikan permen lolinya. 

“ Makasih paman.” Ucapku, kemudian membuka permen loli itu dan segera memakannya.

“ Auchhh, aku seperti melihat siaran langsung seorang penculik yang sedang membujuk korbannya yang masih di bawah umur dengan permen loli.” Ucap paman Rafardhan memperhatikan aku dan paman Volker.

“ Heh diamlah.” Titah paman Volker.

“ Bagaimana Cha? Kau mau berubah dan terus berlatih?.” Tanya paman Volker.

Lihat selengkapnya