“Jangan pulang, dong.”
Hugo menatap Nina dengan memelas dan menahan tangan gadis itu, yang digenggamnya erat sejak tadi.
“Jangan ngaco, ah!” Nina tertawa dan melepaskan genggaman tangan Hugo pada jari-jarinya. Ia bangkit dari kursinya sementara Hugo masih berusaha menggenggam jemarinya erat-erat. Ia menahan tangan gadis itu dari gagang pintu kamar kosannya. Ia masih tidak rela melepaskan Nina pergi.
“Alasan apa yang kuat, untuk bisa aku ketemu kamu setiap hari?” Hugo menarik tubuh Nina dalam dekapannya. Tubuh Nina yang jauh lebih mungil darinya tenggelam sepenuhnya dalam dekapan Hugo. Ia bisa menghirup aroma segar dari kemeja putih Nina.
“Gak bisa, Go.” Nina mendengus geli sambil mendongak jauh ke atas, memandang laki-laki setengah Korea-setengah gila di hadapannya. Entah kenapa, setiap berhadapan dengan Nina Hugo bisa mendadak seperti anjing kecil yang manja. “Kita beda kampus. Kamu cape nanti.”