“Cewek lu gila kali ya?”
Matthew melempar komik Detektif Conan terbaru yang baru selesai dibacanya ke atas tumpukkan komik di atas lemari buku Hugo.
“Bukan cewek gue lagi,” balas Hugo dari meja belajarnya dengan datar tanpa emosi.
“Serius itu lu apain sampai segitunya, anjir?” Matthew memilih-milih komik berikutnya yang mau dibacanya sambil hang out di kamar Hugo. “Sama kaya cewek-cewek dulu ya? Lu php-in? Lu ajak nikah trus tinggalin?”
Matthew terkekeh dan Hugo membalikkan tubuhnya sambil melempar teman sekosannya dengan bundelan kertas bekas. Ia terpaksa tertawa. Ia terpaksa menyibukkan dirinya dengan belajar dan olah raga. Ia terpaksa terlihat baik-baik saja. Dan ia harus tertawa bersama Matthew sekarang walau pun ia tidak merasa ada yang lucu.
“Gila apa. Gak niat tuh nikah ama dia,” jawab Hugo sambil nyengir dan ia bersandar di kursinya sambil memerhatikan Matthew mengacak-acak koleksi komiknya.
“Sayang banget! Babehnya kan kaya raya,” ujar Matthew yang langsung disambut geraman tidak setuju dari Hugo. “Gua sama Ko Shendy udah tiga kali nahan dia di luar biar gak nyerang kamar lu tau, ih! Kesian dia tereak-tereak manggilin lu kaya cewek setres.” Matthew meraih salah satu komik dan membawanya ke atas kasur dan dengan santai ia berbaring di atasnya sambil mulai membaca.
“Yaaa, pokoknya tahan dia terus, deh. Gue capek. Pacaran sama dia kaya pacaran sama Sindel.”
“Wuiiihhh! “Difatality” lu ya ama dia? Ahey!” Matthew tertawa terbahak sambil memberikan gestur kutip.
“Iya! Ini fatality bener, anjir! Lo gak liat gue sering bengep?” Hugo menendang kaki Matthew.
“Kirain cupang!”
“Cupang, cuping! Mana ada cupang di jidat!” Hugo menendang lagi kaki Matthew dengan gemas sementara temannya itu malah tertawa terbahak-bahak.
“Kali cupang jenis baru. Melihat MANTAN lu kaya gitu kayanya mungkin aja dia nyupang lu di jidat biar keliatan sama semua orang kalau lu milik dia.”
“Berisik. Gue lagi belajar buat kuis nanti. Lo kalo mau ganggu bawa aja komiknya baca di kamar lo, gih!” Hugo kembali menghadap mejanya.
“Ogah. Si Rendi lagi karokean. Harus ada peraturan di kosan ini kalau bukan Ariel Noah dilarang nyanyi.”
Hugo mendengus geli dan bersyukur kamarnya berjauhan dengan kamar oknum yang menganggap dirinya Tom Delonge. Dan dengan kesunyian siang itu, dengan suara kipas angin yang berdengung, tiba-tiba ia mendengar si Rendi itu melewati kamarnya sambil bernyanyi keras-keras dengan nada yang tidak karuan.
“Where are yew-ah! And am so sooowwwy-ah! I can not sleep! I can not dream tonayyght!”
“RENDI, BANGSAT!” Matthew memekik kesal sementara Hugo malah mendengus kesal. Lagu itu. Sial.