Hugo menarik napas dalam-dalam dan menghebuskannya dengan pelan melewati mulutnya. Lilin yang ada di atas meja di hadapannya menari-nari menerima karbon dioksida dari Hugo tapi tetap bertahan. Dadanya berdegup kencang, perutnya melilit-melilit terasa linu. Ia bersandar di kursinya dan menghela napas dalam-dalam, berharap rasa sesaknya segera hilang. Namun dadanya tetap saja degan susah payah menghirup oksigen.
Padahal ini bukan pertama kalinya ia bertemu Nina, namun perasaan ini seperti ketika ia akan menghadapi kencan pertama dengan orang yang paling disukainya. Setiap ada orang yang memasuki cafe membuat jantungnya seakan anjlok tiba-tiba, berharap yang datang adalah Nina.
Ia melirik jam tangannya dengan tidak sabar. Mereka memang janjian bertemu jam 7, dan sekarang baru jam 7 kurang lima menit. Hugo sengaja datang lebih awal agar ia bisa memilih tempat yang bagus di balkon yang jauh dari jangkauan orang-orang dengan angin yang lumayan kencang di malam hari. Orang-orang tidak akan ada yang bisa mendengar obrolan mereka. Mereka akan leluasa bicara hari ini.
Ia tersenyum sendiri.
“Bisa ketemu hari ini jam 7?”
“Di mana?”
“Terserah.”
“Di cafe tempat kita ketemu pertama kali…?”
“Ummm… ya boleh.”
“Aku jemput, ya.”
“Gak usah. Biar cepet.”
Biar cepet katanya. Akhirnya Nina menyadari bahwa dia adalah perempuan pertama yang telah salah mengambil langkah dengan cara tidak memberikannya kesempatan kedua untuk membuktikan bahwa ia telah berubah. Sebelum bertemu Nina, ia memang tidak pernah serius menyukai perempuan. Karena mereka semua seperti magnet yang akan otomatis mendekatinya dan dengan mudahnya ia bisa meneguk keuntungan dari gadis-gadis itu.
Hanya Nina yang bisa menyatakan ketidak sukaannya pada Hugo, tidak setuju dengan Hugo, memarahi Hugo, memiliki selera musik yang sama walau sesungguhnya mereka benar-benar berasal dari dunia yang berbeda. Nina yang begitu manis, pintar, anak rumahan yang lebih suka menghabiskan waktunya membaca di kamarnya dengan menyetel lagu-lagu lama milik orang tuanya, sementara Hugo adalah anak rantau yang lebih suka hura-hura dan menghabiskan waktu menggoda perempuan dan mengunjungi klub-klub paling terkenal.
Kenapa Nina mengubahnya?
Karena Hugo mencintai Nina. Ia ingin menjadi laki-laki yang pantas untuk ada di samping Nina.