Sebuah nama muncul di ponsel Hugo, yang membuat pemuda itu mengernyitkan dahi. Kares Abisana. Sudah lama sekali ia tidak pernah berhubungan dengan Kares semenjak Nina putus. Ia menutup bukunya dan segera keluar dari perpustakaan untuk menerima telfon dari pria itu.
“Halo?”
“Lo tau gak kelakuan cewek lo?” tiba-tiba suara Kares menghardiknya keras.
“Ha? “
“Si Bintan!”
“Bukan cewek gue lagi.” Hugo membalas dengan nada suara yang dingin.
“Trus ngapain dia neror Nina sampai dia sakit? Jagain dong tuh macan betina lo!”
“Gue udah putus sama dia, gak ada urusan lagi!” bentak Hugo jengkel.
“Gue juga udah gak ada urusan lagi sama lo, atau cewek macan lo. Tapi kalau urusannya sama Nina jelas itu masih urusan gue!” Kares balas membentak di ujung telfon membuat Hugo menggertakkan giginya dengan gemas. Kalau saja dia tidak sedang di dalam ruangan ingin sekali ia memaki si keparat itu.
“Emang siapa lo, berani-beraninya bilang Nina masih urusan lo?” Hugo tertawa sinis. Dengan putusnya Kares-Nina, sudah jelas, Hugo masih jadi pemenang dan Kares pecundang.