Chandlina

Al Szi
Chapter #25

Dua Puluh Empat

Ponsel Nina bergetar ketika ia sedang duduk di bangku kantin di gelap nyawang bersama Hani dan kedua temannya yang lain. Mereka sudah selesai makan tapi jus buah mereka belum habis sehingga mereka lanjut rumpi. Ia menatap layar ponselnya dan membaca pesan Hugo di sana.

Gak bisa makan ke situ. Mamanya Bintan dtg.

Nina mengerutkan keningnya. Cemas. Ia sudah diberitahu Hugo tentang betapa Bintan mengejar-ngejarnya untuk mendatangi orangtuanya untuk melamar. Dan kali ini Bintan membawa kartu truffnya. Curang memang. Tapi jika ia jadi Bintan juga mungkin akan melakukan segala macam cara, mengeluarkan seluruh kartu yang dimilikinya agar laki-laki yang menghamilinya bertanggung jawab. Masalahnya, Hugo bukan laki-laki itu. Nina percaya pada Hugo.

Ketika Nina mengunci ponselnya, dia terbelalak kaget melihat bayangan dalam layar ponselnya yang gelap. Bintan berdiri di belakangnya. Nina menoleh dan tanpa bisa dihindari Bintan menampar pipi Nina dengan sangat keras. Hani dan kedua temannya yang lain langsung berdiri dan menghadang Bintan yang juga datang membawa pasukan.

“Minggir! Ada perusak hubungan orang di sini!” salah satu teman Bintan mendorong bahu Hani.

“Heh! Jangan cari ribut di kampus orang!” Hani membalas dorongan itu dan seketika saja macan-macan betina itu saling menyerang.

Bintan yang tidak mau menjadi sorotan paling banyak mundur sedikit ke pohon dan memerhatikan kekacauan itu. Nina yang bibirnya berdarah segera ditolong oleh pelayan kantin yang memberikannya tissue dan es batu.

“Candy!”

Nina menoleh dan Kares berlari menghampirinya di tengah keramaian para gadis yang adu jambak dan para pria yang serba salah berusaha menghentikan pertengkaran itu.

“Kamu gak apa-apa?” Kares mengangkat wajah Nina yang pipinya merah, tiga cap jari Bintan menyala di sana, dan mulut Nina yang terus mengeluarkan darah. “Ayok sini!”

“Hani... Inta... Mia...” gumam Nina tidak jelas. Ia merasa sangat pusing dan nyeri di mulutnya membuat sakit kepala itu lebih parah.

“Temen-temenku udah turun tangan tuh,” ujar Kares memberikan kode dengan kepalanya.

Nina menoleh dan berusaha melihat lebih jelas dengan penglihatannya yang masih berkunang-kunang. Ia yakin sekali Bintan menamparnya dengan seluruh jiwa raga dan ditambah kekuatan api neraka sampai ia tumbang.

Kares membawanya menjauh menuju tukang minuman. Mereka duduk di sana dan Kares mulai memberikan Nina air mineral dan menyuruhnya membersihkan mulutnya dari darah. Nina menunduk, menopang kepalanya di lutut, berusaha meredakan nyeri di pipi dan kepalanya. Ia masih bisa mendengar suara ribut yang akhirnya berangsur menghilang.

“NINA!”

Hani segera menghampirinya sementara Nina berusaha mengangkat kepalanya dengan susah payah.

“Lo gak apa-apa? Gue sampe takut gigi lo ada yang copot saking kerasnya tamparan Bintan!”

Lihat selengkapnya