Chandlina

Al Szi
Chapter #28

Epilog

“Hey, stranger,” Nina tersenyum ketika ia membuka pintu kamarnya dan Hugo berdiri di sana, membawa makan malam dan dua gelas es kopi.

Delivery service,” ujar Hugo sambil menyengir lebar.

Nina mundur dan mempersilakan Hugo memasuki kamarnya. Dengan riang pria itu menyiapkan makanan yang dibawanya sambil bersenandung. Nina duduk di hadapan Hugo dan memandangi wajah di hadapannya sambil tersenyum simpul. Beberapa hari ini dia tidak mengunjunginya dan tiba-tiba datang dengan membawa makanan.

“Kamu baik-baik aja di kampus?” tanya Nina.

“Fine. Pihak kampus cuma nanya-nanya biasa sih, ya taulah pasti mereka panik juga beredar video kayak gitu. Trus ya paling anak-anak kampus pada ribut aja sih, cuma karena aku kan emang udah ngomong sama orang-orang aku putus sejak lama, jadi aku gak diganggu banget,” ujar Hugo sambil membuka bungkus sumpit dan mulai mengaduk mie ayam di hadapannya.

Sejak video di cafe tersebar, Hugo juga menjadi buah bibir orang-orang. Identitasnya mulai dicari-cari oleh reporter gosip dan itu juga yang membuat Hugo memutuskan untuk sementara Nina tidak boleh ada di dekatnya. Hugo khawatir Nina ikut tersorot, pemuda itu tidak mau Nina terlibat lebih jauh lagi.

Nina yang tidak suka menonton TV lokal terutama acara gosip pun malah jadi mengikuti semua berita gosip guna mencari-cari berita di sana tentang perkembangan kasus Bintan. Beberapa kali sebuah acara gosip dan berita resmi membahas kasus video asusila yang beredar dan ayah Bintan sempat diburu wartawan. Dan Hugo memang benar, hanya sedikit sekali pembahasan tentang video di cafe. Hanya akun gosip yang penasaran siapa yang Bintan serang dan masalah apa yang dihadapinya sampai gadis itu mengamuk di sana.

“Jadi... keadaan udah aman sekarang?” tanya Nina lagi.

“Yup!” Hugo mengangkat wajahnya dan menatap Nina. Ia mengulurkan tangannya dan mengusap pipi Nina dengan lembut. “Gak usah khawatir lagi sekarang.”

Nina mengangguk-angguk pelan. Mereka saling tersenyum dan makan dengan hati yang ringan. Setelah makan mereka minum kopi sambil menonton film dari laptop Nina, duduk bersebelahan dengan bahu yang menempel. Nina menyandarkan kepalanya di lengan atas Hugo.

Hugo mencium puncak kepala Nina dan menghirup aroma sampo Nina yang seperti buah manis.

“Hugo,” panggil Nina lirih.

“Hmmm?” Hugo yang masih sibuk dengan rambut Nina menjawab.

“Kok, kamu suka sama aku, sih?” tanya Nina sambil mendongak menatap wajah Hugo.

“Kenapa ya?” Hugo mengerutkan keningnya dibuat-buat.

“Maksud aku, Bintan kan cantik, kaya, populer, baik...”

Lihat selengkapnya