Anggota keenam …
Eva membeku. Kata-kata menggantung di udara seperti sesuatu yang seharusnya tidak pernah ada. Semua dugaan yang sejak tadi berputar di kepalanya runtuh seketika. Fakta bahwa Crimson Sky bukan beranggotakan lima orang, tetapi enam, menghantamnya dengan keras—tajam dan tak terduga.
Bagaimana mungkin ada anggota keenam? tanyanya dalam hati.
Jika memang ada, kenapa namanya tak pernah terdengar? Kenapa tak satupun orang menyebutnya.
“Ibu pasti enggak percaya, kan?” tebak Agra, suaranya tenang tapi matanya seperti tahu segalanya.
“Ehem … “ Eva berdehem pelan, mencoba menata pikirannya. Ia mengetuk pegangan kursi dua kali sebelum bicara. “Ini … fakta yang tak pernah aku bayangkan.”
Agra mengangguk seolah mengerti kebingungan itu. Rokok di jarinya sudah padam; ia merogoh saku, bersiap menyalakan yang ketiga. Namun sebelum api menyala, ia memilih meneguk kopi yang sudah tinggal setengah.
“Semua orang waktu itu juga berpikir aku berbohong,” ujarnya. “Di hari Lili meninggal … saat polisi menetapkan empat tersangka—empat anggota Crimson Sky—aku bilang ke mereka soal anggota keenam. Tapi baik polisi maupun semua orang mengatakan aku berbohong. Ibu tahu kenapa?”
Eva terdiam, menimbang logika paling sederhana. “Karena keempat lainnya … mengaku band itu cuma punya lima anggota?”
Agra langsung mengangguk. “Ya. Waktu aku mengatakan hal itu, mereka berempat—Sena, Gading, Rendra, dan Yudha—semuanya menyangkal.”
Eva mengangkat cangkirnya. Kopi itu masih hangat, tapi rasa penasaran yang membara dalam tubuhnya membuatnya tak peduli lagi pada dinginnya angin laut yang menusuk. Debaran dadanya menghangatkan, sedikit demi sedikit. Ia ingat dalam berkas laporan kasus kematian Kalista Devi, pengakuan saksi Agra tak tertulis di sana. Dan itu mungkin disebabkan oleh penyangkalan empat anggota Crimson Sky.
“Ba-bagaimana kamu tahu … kalau sebenarnya anggota Crimson Sky ada enam orang?” tanyanya, suaranya nyaris bergetar.
“Aku enggak sengaja lihat catatan Lili.” Agra menatap laut, wajahnya datar tapi suaranya penuh makna. “Banyak tulisan lirik di buku itu. Beberapa lagu sudah jadi, beberapa lain belum. Dan nama penulis yang tercatat … bukan nama salah satu dari kelima anak itu.”
Dag. Dig. Dug.
Jantung Eva berdetak tak karuan, seperti ingin menerobos keluar dari dadanya. Ia menatap ke arah bibir Agra, bersiap untuk mendengar, merekam, mencatat setiap kata yang akan keluar di detik berikutnya.
“Nama yang tertulis dalam kebanyakan lagu di catatan itu,” lanjut Agra, “adalah L.A. Melody.”
Cerita masa lalu Sena dan Lili kembali terputar dalam kepalanya.