CHANTS BENEATH THE CRIMSON SKY

mahes.varaa
Chapter #18

HASIL PART 2

Sekembalinya dari pemakaman, Agra mengantar Eva kembali ke penginapan. Motor butut itu berhenti tepat di depan bangunan sederhana tempat Eva menginap sejak tiba di Velantara. Tanpa banyak kata, Eva segera menepati janjinya. 

Ia membuka ponsel, melakukan transfer sejumlah uang, lalu memiringkan layar agar Agra bisa melihat bukti pengiriman. 

“Terima kasih banyak, Bu,” ucap Agra dengan senyum tipis yang tak bisa ia sembunyikan. Ada kelegaan yang nyata di wajahnya. “Jumlah itu … sama besarnya dengan hasil aku melaut selama sebulan.” 

Eva terdiam sejenak. Nominal yang ia kirimkan sebenarnya tidak besar baginya. Namun mengingat informasi yang telah Agra berikan—juga usahanya mengumpulkan orang-orang yang semula enggan bicara—Eva merasa pria itu pantas menerima lebih. Ia tak menyangka, bagi Agra, jumlah itu berarti begitu besar. 

“Sama-sama,” jawab Eva ramah. “Semoga berguna.” 

Agra mengangguk. Ia menyalakan mesin motor dan bersiap pergi ketika tiba-tiba ponsel Eva bergetar di tangannya. Sebuah notifikasi pesan masuk muncul di layar. Nama pengirimnya membuat napas Eva tertahan sejenak. 

Dimas. 

Ia buru-buru membuka pesan itu, membaca cepat isinya. Seketika, wajahnya berubah. 

“Tunggu sebentar!” ucap Eva spontan. 

Agra yang sudah setengah memutar gas terkejut dan hampir menjatuhkan motornya. “Ya?” balasnya tersentak. 

“Tunggu dulu. Ada satu hal yang harus aku tanyakan,” kata Eva cepat. “Tapi sebelumnya aku perlu menghubungi seseorang. Bisa kamu menunggu sebentar?” 

Agra mengangguk tanpa keberatan. Ia tahu, permintaan itu mungkin berarti urusan mereka belum benar-benar selesai—dan kemungkinan, ada tambahan uang lagi. 

Eva bergegas masuk ke penginapan, menuju kamarnya. Ia membongkar salah satu tas, mengeluarkan laptop, lalu menyalakannya dengan tangan yang kini sedikit gemetar. Begitu layar menampilkan kumpulan data yang baru saja diterimanya, Eva langsung menekan nomor Dimas. 

“Ya, Mbak?” sapa Dimas dari seberang. 

“Apa kamu yakin dengan informasi ini?” tanya Eva tanpa basa-basi. Suaranya bergetar, campuran antara keterkejutan dan ketidakpercayaan. “Informasi ini … akurat?” 

“Ya, Mbak,” jawab Dimas mantap, nyaris tanpa jeda. “Memang agak lama mencarinya, tapi aku pastikan sumbernya valid. Kenapa memangnya, Mbak?” 

Eva terdiam. Tatapannya terpaku pada layar laptop yang menampilkan data latar belakang keluarga Kalista Devi. Di sana tertulis jelas pekerjaan ayah Kalista Devi: salah satu direktur cabang di perusahaan kontraktor lama yang telah bangkrut hampir satu dekade lalu. 

Raga Karya Konstruksi. 

“Raga Karya Konstruksi?” ulang Eva lirih, nyaris berbisik. “Kamu yakin, Dimas.” 

“Aku sudah cek berulang kali, Mbak,” jawab Dimas serius. “Ayah Kalista Devi—Imran—memang salah satu direktur cabang perusahaan itu.” 

Tuk. Tuk. 

Lihat selengkapnya