Di dalam Elevator Kaca yang Luar Biasa, suasana riuh rendah. Charlie, Mr. Wonka, dan yang lain bisa melihat jelas bentuk raksasa keperakan Hotel Luar Angkasa “U.S.A” kira-kira dua kilometer di depan mereka. Dan, di belakang, ada Kapsul Transportasi yang lebih kecil (tapi masih cukup besar). Elevator Kaca yang Luar Biasa itu (yang sekarang sama sekali tidak tampak luar biasa di samping dua monster itu) ada di tengah-tengah. Dan, tentu saja semua orang, bahkan Grandma Josephine, mengetahui pasti apa yang tengah terjadi. Mereka bahkan tahu bahwa tiga astronaut yang bertugas di Kapsul Transportasi bernama Shuckwort, Shanks, dan Showler. Seluruh dunia mengetahui hal ini. Surat kabar dan televisi nyaris tidak menyiarkan apa pun selain berita tersebut selama enam bulan terakhir. Operasi Hotel Luar Angkasa adalah peristiwa abad ini.
“Sungguh beruntung!” pekik Mr. Wonka. “Kita akan mendaratkan diri di tengah operasi luar angkasa terbesar sepanjang zaman!”
“Kita akan mendaratkan diri di tengah kekacauan dahsyat,” tukas Grandma Josephine. “Kembali sekarang juga!”
“Tidak, Grandma,” ujar Charlie. “Kita harus menyaksikannya sekarang. Kita harus melihat Kapsul Transportasi terhubung ke Hotel Luar Angkasa.”
Mr. Wonka saat itu melayang mendekati Charlie. “Ayo kita kalahkan mereka, Charlie,” dia berbisik. “Kita dahului mereka dan mendarat sendiri di Hotel Luar Angkasa!”
Charlie ternganga. Kemudian, menelan ludah. Kemudian, dia berkata pelan, “Itu mustahil. Kita harus memiliki segala macam perangkat istimewa untuk terhubung dengan pesawat luar angkasa lain, Mr. Wonka.”
“Elevatorku bisa terhubung dengan seekor buaya jika perlu,” ujar Mr. Wonka. “Serahkan saja kepadaku, Nak!”
“Grandpa Joe!” pekik Charlie. “Grandpa mendengarnya? Kita akan terhubung dengan Hotel Luar Angkasa dan mendarat di sana!”
“Yipiiiii!” teriak Grandpa Joe. “Gagasan yang sangat cemerlang, Sir! Ide yang sangat memukau!” Dia menyambar tangan Mr. Wonka dan mulai menjabatnya seperti mengguncang termometer.
“Diam, Kelelawar Tua Konyol!” tukas Grandma Josephine. “Keadaan kita sudah genting. Aku ingin pulang.”
“Aku juga!” timpal Grandma Georgina.
“Bagaimana kalau mereka menyerang kita?” tanya Mr. Bucket, berbicara untuk pertama kalinya.
“Bagaimana kalau mereka menangkap kita?” tanya Mrs. Bucket.
“Bagaimana kalau mereka menembak kita?” tanya Grandma Georgina.
“Bagaimana kalau janggutku terbuat dari bayam hijau?” pekik Mr. Wonka. “Bunkum dan tummyrot! Kita tidak akan pernah mencapai apa-apa jika terus berandai-andai seperti itu. Akankah Columbus menemukan Amerika jika dia berandai-andai ‘Bagaimana jika aku tenggelam dalam perjalanan? Bagaimana jika aku bertemu bajak laut? Bagaimana jika aku tidak pernah kembali?’ Dia bahkan tidak akan pernah memulai. Kita tidak menginginkan orang yang senang berandai-andai di sini, ‘kan, Charlie? Kita bergerak sekarang, kalau begitu. Tapi, tunggu … ini suatu manuver yang sangat sulit dan aku akan membutuhkan bantuan. Ada tiga kelompok tombol yang harus kita tekan di bagian Elevator yang berbeda. Aku akan menekan dua tombol di sana, yang putih dan yang hitam.” Mr. Wonka mengeluarkan suara embusan lucu dengan mulutnya dan melaju dengan santai, bagaikan burung raksasa, menyeberangi Elevator menuju tombol hitam dan putih, dan di sana dia melayang. “Grandpa Joe, Sir, tolong ambil posisi di samping tombol perak di sana … ya, yang itu …. Dan, kau, Charlie, naiklah dan terus melayang di samping tombol emas kecil dekat lamgit-langit. Aku harus memberi tahu kalian bahwa setiap tombol ini meluncurkan roket pendorong dari tempat-tempat berbeda di luar Elevator. Dengan cara itulah kita mengubah arah. Roket-roket Grandpa Joe akan membelokkan kita ke lambung kanan Elevator. Charlie akan membelokkan kita ke lambung kiri. Roket-roketku akan mendorong kita lebih tinggi atau rendah atau cepat atau lambat. Semua siap?”