Charlotte the Noble Vampire

Hera Z
Chapter #2

Kutukan

Dua daun pintu kayu yang besar dan memiliki ukiran-ukiran yang rumit di sekelilingnya perlahan terbuka. Angin malam menyerbu masuk mengubah suhu ruangan yang awalnya hangat dan nyaman menjadi dingin.

Charlotte menatap rembulan yang bersembunyi dibalik awan, layaknya sepasang kekasih yang baru menjalin hubungan. Bulan dengan malu-malu menampakkan secercah cahayanya kepada dunia.

Awan yang masih memuntahkan air bersamaan dengan kilat dan guntur, menambah kesan seolah orang-orang sedang menggoda tingkah laku dari dua kekasih baru yang masih canggung tersebut.

Cemara kapas setinggi 20 M berderet membentuk pagar yang mengelilingi rumah bergaya Eropa Modern. Sepasang mata ungu gelap menatap dalam kegelapan.

Charlotte menoleh ke arah mata yang menatapnya, kedua mata mereka bertemu di udara. Angin malam dengan lembut mengangkat anak rambut Charlotte.

Ketika mata mereka bertemu, sepasang mata ungu gelap menatap dengan penuh kasih sayang selama beberapa detik lalu lenyap dalam sekejap. Dia menutup matanya dan berbalik berjalan ke depan, tubuhnya secara bertahap menghilang ditelan malam.

“Nona Charlotte, kenapa kamu tidak pergi mengikutinya?” Suara Butler Johansson menyadarkan Charlotte yang masih menatap di arah yang sama.

“Dia tidak ingin menghampiriku, mengapa aku harus mengikutinya.” Charlotte mendengkus memalingkan muka. Memutar balik arah berjalannya, kembali memasuki rumah.

Dia sudah tidak memiliki minat pada dunia luar lagi.

Butler Johansson berdiri sebentar di tempatnya. Menatap ke tempat pemilik mata ungu gelap. Cahaya kecil berkedip datang dari pohon cemara.

Butler Johansson mengangkat tangannya dan dalam sekejap benda yang berkedip sebelumnya sudah ada ditangannya. Tanpa melihat benda apa itu Butler Johansson kembali ke rumah.

Setelah Butler Johansson pergi, seseorang dengan sepasang mata ungu gelap kembali, berdiri di posisi sebelumnya. Matanya menatap ke arah lantai dua.

“Bukan aku yang tidak ingin menemuimu, tapi itu kamu yang tidak ingin ada aku di sekitarmu.”

Ketika memasuki rumah, Butler Johansson melihat Charlotte yang berjalan turun dari tangga.

Charlotte yang juga melihat melihat Butler Johansson sudah kembali, mengeluh.“Butler Han, apa yang kamu lakukan di luar begitu lama. Oh ya, di mana kamu menyimpan kantong darah? Aku tiba-tiba sangat lapar.”

Dia sudah mencari di setiap tempat kepala pelayan biasanya menyimpan stok darah, namun dia tidak menemukannya bahkan setelah berkeliling beberapa kali di setiap sudut rumah ia tetap tidak menemukan satu pun jejak keberadaan kantong darah.

“Persediaan kantong darah belum dikirim, besok pagi baru akan sampai,” jelas Butler Johansson.

“Mengapa? Aku lapar ....” Charlotte memanjakan ujung nadanya dan duduk merosot di kursi sofa.

“Nona, itu sangat tidak anggun. Tolong perhatian citramu.” Butler Johansson mendekati Charlotte dan memperbaiki posisi duduknya. “Nona tolong duduk dengan benar.”

“Aku tahu, aku tahu!” Charlotte mengibaskan tangannya mencegah Butler Johansson mengomel seperti ibu tua.

Lihat selengkapnya