Charlotte the Noble Vampire

Hera Z
Chapter #4

Penghianat II

Langit malam tanpa awan maupun bintang tampak terasa begitu kelam, ditambah lagi dengan suara nyanyian terpadu dari orang-orang yang berlutut hormat menghadap peti mati di sebuah kastil besar bergaya Eropa di tengah-tengah hutan terdengar begitu khusyuk dan menggetarkan hati.

100 tahun hanyalah sekejap mata ....

Kami akan setia menunggumu, menanti kebangkitanmu ....

Pergilah dengan ketenangan pikiran, hati kami selalu bersamamu ....

Janganlah menyerah, kami semua percaya padamu ....

Adakalanya engkau merasa lelah dan ingin menyerah, tolong ingatlah bahwa kami memiliki cinta dan harapan yang besar untukmu ....

Seorang pria berjas kepala pelayan khas Eropa dengan postur hormat menawarkan tangannya kepada seorang wanita cantik berambut emas. “Sekarang sudah waktunya, Nona Charlotte.“

Charlotte meraih tangan yang dibaluti sarung tangan putih itu, kakinya melangkah secara perlahan menuju peti mati diiringi oleh paduan suara dari beberapa keturunan langsung Keluarga Victor.

Berdiri tepat disebelah peti mati, Charlotte memandangi keluarganya sebentar lalu dengan bantuan Butler Johansson ia memasuki peti mati, berbaring terlentang. Kedua tangannya terlipat didepan dadanya. Pupil mata emasnya seketika berubah warna menjadi merah darah. Ketika nanyian berakhir kelopak mata Charlotte menjadi berat dan ia segera tertidur.

Beberapa saat sebelum peti mati tertutup rapat, Butler Johansson berdiri disamping peti mati menatap wajah tidur Charlotte untuk terakhir kalinya. Tatapannya begitu hati-hati dan cermat seolah dia ingin mengukir setiap detail rupa Charlotte di dalam hatinya selamanya.

Suasana menjadi khidmat. Namun tiba-tiba saja Butler Johansson jatuh berlutut, darah mengalir dari sudut bibirnya, beberapa bunyi gedebuk juga terus terdengar beberapa kali dari belakangnya. Butler Johansson mengepalkan tangannya yang lemah dan tanpa energi, lapisan keringat merembes dari dahinya.

Aku telah diracuni! Penyusup ini sangat pintar memilih waktu.

Rasa mual kembali melonjak dari perutnya kini Johansson tidak bisa lagi menahannya ia langsung memuntahkan seteguk darah yang memiliki beberapa gumpalan darah hitam seperti kopi.

Tubuh Johansson gemetar terasa sangat lemah. Ia dengan susah payah mengangkat tangan kanannya setitik kecil cahaya emas muncul dari ujung jari-jarinya, memanjang layaknya benang emas yang secara perlahan terjalin rapat membentuk dinding warna emas pucat setengah lingkaran menutupi keturunan Keluarga Victor yang terbaring tak sadarkan diri di tengah-tengah aula.

Setelah itu dengan sisa kekuatan terakhir ia menekan tombol mekanisme tersembunyi yang kebetulan berada disampingnya, suara berderak segera terdengar.

Lihat selengkapnya