"Ya, sangat aneh ... dan aku tidak mengerti, bagaimana aku sampai di tempat itu, paman ... bibi." Bola mata Charu mengerling bergantian pada Phau dan Darlie.
"Seseorang mungkin saja telah memindahkannya saat putri tertidur." komentar Darlie.
"Tidak mungkin, ini bukan ulah tangan manusia." kemam Phau dalam hati.
"Paman, bibi ... aku ada urusan pagi ini. Setelah kembali, aku ingin berkunjung ke rumahmu lagi." Charu segera bangkit dari duduknya. Phau dan istrinya membungkuk hormat pada sang putri. Mereka menatap punggung itu yang mulai menjauh dari pandangan.
Phau masih memikirkan perkataan Charu, "aku rasa ini berhubungan dengan Dewi Chiharu."
"Kau mempercayai cerita anak itu?!" tatap Darlie keheranan.
Phau mengedikkan sedikit bahunya, "aku tidak melihat kebohongan sedikitpun pada sorot matanya."
***
Ditengah pasar, Charu kembali membaur pada masyarakat sebagai seorang tabib gratis yang rendah hati.
"Apa pendapatmu tentang putri Charu?" Ia bertanya pada seorang wanita yang mengaku pernah menjadi pelayan di istana.
"Dia ...." Wanita itu berpikir sejenak, seraya menatap pergelangan tangannya yang sedang dibalut kain oleh Charu. "Menurutku, Charu tidak pantas di anggap putri di istana itu. Charu terlahir dari hubungan rahasia Raja Gin dengan seorang wanita yang berprofesi sebagai tabib. Mereka bahkan belum menikah atau tidak menikah ... anak itu sudah sepatutnya tinggal di panti, lalu namanya dihapus dari silsilah dinasti Sora."
Selama wanita itu mengemukakan pendapatnya, Charu hanya menunduk berpura-pura sibuk dengan pekerjaannya. Tak memberikan reaksi terkejut maupun tidak suka. Bagaimanapun, Charu yang sedang menyamar sebagai Shin Yu haruslah bersifat netral.
"Begitu, ya? Apa putri Charu tidak terlihat seperti seorang putri kerajaan?"
"Sewaktu kecil iya ... ketika aku masih bekerja untuk melayani Permaisuri, aku melihat gadis itu datang pertama kali seperti anak berandalan." Ia terkekeh. "Tapi sekarang banyak yang mengatakan jika putri Charu lebih terlihat elegan dari putri Ishi."
Charu tetap melilitkan potongan kain itu tanpa mendongakkan sedikitpun wajahnya, "bukankah putri Ishi juga cantik?"
"Dia sebetulnya tidaklah terlalu cantik, hanya saja pakaian dan perhiasan mewah yang menghiasinya sepanjang hari. Putri Ishi juga seharusnya tidak terlalu percaya diri ... diapun bukan merupakan putri Raja Gin. Yang aku dengar, Permaisuri Wein juga bukan berasal dari keluarga bangsawan."
Charu mengangguk. Lalu meletakkan kembali sebuah gunting dan obat tetes ke dalam kotak kayu.
"Lima hari lagi, lukamu ini akan sembuh. Kau harus berhati-hati, jika kau masih merasa kesakitan, kau bisa kembali ke tempat ini pekan depan!"