Sebelum mengetuk pintu rumah, Ainara lebih dulu menyambut tamunya dengan suka cita. Gadis kecil itu baru pulang dari tempat menimba ilmu. Ia berhambur begitu mengetahui tuan putri datang dengan sebuah bingkisan.
"Kalung yang indah ...." kedua mata bocah itu terbelalak, "pakaian sutra?" Ainara memastikan jika penglihatannya benar. Charu mengangguk. Gadis itu secara reflek memeluk putri Charu.
"Kau senang?"
Ainara mengangguk cepat, "sangat senang. Kau menepati janjimu. Aku tau kau adalah orang yang baik ... maksudku, kau putri yang baik." Ainara memperlihatkan lesung pipi dengan jelas.
"Aku juga sangat senang karena kau menyambut hadiah ini dengan antusias."
"Hadiah dari tangan kerajaan, siapa yang akan menolak. Semua barang-barang yang berasal dari sana, sudah tentu barang bagus."
"Kau bicara seperti orang dewasa." Charu terkekeh.
"Apa kau ingin aku mengantarmu ke pantai, atau menemanimu membaca di pustaka ayah?" Gadis kecil itu mengerjap. Charu sangat gemas. "Aku ingin membalas semua ini."
"Kau harus mengganti pakaianmu, kita akan bermain pasir sepuasnya."
Gadis itu berjingkrak masuk, lalu mempersilahkan Charu untuk duduk di kursi terbaik rumah itu.
"Ibuku belum memasak masakan apapun. Nanti kita akan menangkap kerang laut, lalu makan bersama. Bagaimana?"
"Kau mengganti pakaian atau ke dapur?"
"Keduanya, dapur dan ruang ganti hanya memiliki pembatas kelambu."
Charu tersenyum kecil. Menertawai betapa polos hati anak kecil. Di depannya, ia tak segan menceritakan apapun. Juga tak bersikap canggung. Andai Charu bisa memilih, dia ingin menukar Ainara dengan putri Ishi yang tak pernah akur dengannya.
Jarak rumah bibi Darlie dengan pantai hanyalah beberapa meter saja. Cukup berjalan kaki, maka akan sampai. Dan itu bukan perjalanan yang melelahkan.
"Lihat, apakah aku cantik dengan kalung ini?" ucap Ainara begitu mereka duduk pada sebuah batang pohon tumbang tepi pantai.
"Cantik, sangat bagus padamu." Suara Charu hampir samar tertelan suara deburan ombak.
Ainara kemudian menatap benda yang sama pada leher Charu, "apa liontin itu lebih mahal?" Pertanyaan lugu yang langsung dijawab oleh Charu.
"Tidak mahal ... tapi ini mengandung sejarah. Apa kau tahu sejarah?"
"Sejarah itu yang biasa orang ceritakan, kan?"
Charu mengusap puncak kepala Ainara. "Kau gadis yang cerdas! Ibumu bilang kau suka mengoleksi benda-benda antik. Darimana kau mendapatkan?"
"Sebetulnya itu bukan benda antik. Aku mendapat dari berbagai tempat aku bermain. Jika bentuknya bagus, aku akan memungutnya untuk kusimpan. Suatu hari akan bernilai jual kata seseorang."
"Benarkah?" Charu pura-pura terkejut meskipun tahu jika ucapan anak kecil hanya berdasarkan apa yang mereka mau.
"Aku tidak tahu. Tuan Putri, apa kita mencari kerang atau bermain pasir dulu?"