Charu

sk_26
Chapter #11

Semua karena Haru

Permaisuri Wein menyaksikan tingkah putrinya dengan hati sedikit goyah. Tidak meragukan kepercayaan diri Ishi, melainkan ragu pada pihak pangeran Ren.

Putri Ishi berhambur pergi setelah mengecup sekilas pipi Wein. Meninggalkan Wein yang masih risau di tempat.

Tiba-tiba saja, "Yang mulia permaisuri ... pangeran Haru sedang sakit." ucap pelayan wanita yang datang dengan wajah menunduk sopan. Wein kemudian mengangguk paham. Pelayan tersebut kembali setelah memberikan salam hormatnya.

"Benar-benar merepotkan!!" Wein mengumpat. Anak keras kepala itu selalu saja membuatnya harus berpura-pura menjadi ibu tiri yang baik di depan semua orang. "Meski ragu, aku bersumpah jika Ishi telah diperistri Ren ... aku akan pergi dari tempat memuakkan ini!" Hampir saja ia membanting pintu kamar jika tidak ingat akan wibawa yang ia sandang.


***

Dua puluh tahun hidup di istana, pangeran Natsu belum pernah melakukan apa itu menyalakan tungku api lalu memasak air panas. Akibat mengaku sebagai pengawal, kini dirinya harus menerima jika Ainara memperlakukannya selayaknya seorang bawahan putri Raja.

"Putri Charu memiliki luka pada telapaknya ... untung saja kau datang tepat waktu. Kami sangat lapar!" ucap bocah itu dengan binar memelas.

Pangeran Natsu yang sedang membesarkan api melalui sebuah pipa bambu sontak terhenti, "benarkah?" Natsu menatap sepintas Charu yang sedang duduk menyaksikan sinar rembulan. Rambut panjangnya tergerai indah bak sebuah air terjun yang menyala.

Ainara mengangguk. Gadis itu membantu Natsu memasak kerang dan bubur untuk makan malam mereka. "Sejak dia datang, terlihat jika telapaknya sedang sakit."

"Bisakah aku memeriksa kesana?" Maksud Natsu ke arah adik sepupunya yang asyik bersenandung.

"Jangan! Kau jangan mengusik tuan putri." Ainara berkata tegas, "kau akan dipecat dari pekerjaanmu ... apa kau tidak takut?"

Sebenarnya Natsu ingin sekali menertawai gadis polos di hadapannya, "ya ... aku sangat takut jika aku tidak bisa menjaga tuan putri."

Ainara mengangguk mantap, "bagus ... lebih baik paman segera menyelesaikan makanan ini. Hari sudah malam, ibuku akan segera pulang. Aku akan terkena marah lagi." Ia menepuk jidatnya. Tangan satunya mengaduk bubur beras dengan telaten.

Mendengar dirinya dipanggil paman, lagi-lagi pangeran Natsu menahan gelak tawa yang hampir saja tumpah ruah. Ia menyadari, bahkan putri seorang tabib dan penasehat istanapun, tak mengenalinya. Betapa menyedihkan reputasi pangeran Natsu.

Bubur dan kerang rebus hampir matang secara bersamaan. Bersamaan itu pula, putri Charu yang semula duduk pada dipan di depan pintu dapur memutuskan untuk masuk.

"Aromanya benar-benar lezat! Perutku jadi lapar." Charu mendekati mereka yang terlihat sibuk dengan masing-masing menu yang diolah.

"Aku menambahkan bumbu dari kuali ibuku ... aku kerap melihatnya mengambil sesuatu dari wadah itu lalu mencampurkannya pada bahan masakan." Ainara menampakkan lesung pipinya. Gadis itu lumayan cerdas menurut Natsu yang baru beberapa jam mengenalnya.

"Kakak ... apa kerangnya terasa enak?" Charu penasaran seperti apa makanan yang diolah oleh Natsu. Pasalnya, itu adalah hidangan kali pertama dalam hidup Natsu yang berhasil ia masak menurut Charu.

"Kakak?" sahut Ainara. Gadis itu mengerutkan dahinya.

Natsu baru saja ingin menjelaskan, namun Charu lebih cekatan. "Kakak adalah sebutan untuk seseorang yang lebih tua dariku." Charu menatap Natsu dan Ainara dengan kikuk. Wajah Natsu perlahan tenang kembali.

"Yasudah, kita makan malamnya di mana? Aku paling suka di teras rumah. Kita bisa melihat cahaya bulan sambil meresapi aroma bunga daisy yang bermekaran disana." usul Ainara.

Charu setuju. Natsu pun harus sependapat. Mereka bertiga membawa perlengkapan makan malam layaknya sebuah keluarga yang sedang mengadakan piknik diluar.

"Ainara, bisakah kau mengambilkan teko air?" pinta Natsu. Ainara gegas menuju dapur. Air di teko sedang habis, gadis itu butuh waktu beberapa menit untuk mengisi penuh air putih untuk mereka. Ini adalah peluang untuk Charu dan Natsu berbicara empat mata.

"Kenapa kau tidak kembali saja, kakak?" Charu berucap dengan suara yang begitu kecil. Takut Ainara mendengar.

Lihat selengkapnya