___
Sepulang melaksanakan tugas dengan pasien-pasien di pasar, Charu memilih rumah bibi Darlie untuk mampir. Disana sedang tidak ada Ainara. Gadis itu mungkin saja sedang bepergian dengan tetangga baiknya atau masih di tempat belajar. Keadaan rumah yang sepi membuatnya memutuskan pantai sebagai tujuan akhirnya.
Setiba di pantai, tak ada satu nelayanpun disana. Hanya ada aroma amis air laut menyatu dengan udara kering yang menyapa. Suara gemuruh angin yang teratur memberi kekuatan ombak ombak itu menabrak bebatuan tepi pantai. Pohon pohon tua pun turut menari selaras dengan hempasan angin musim gugur yang sunyi. Tapi Charu menyukai pemandangan seperti ini.
Mengapa ia memutuskan kembali ke tempat ini adalah karena suara gemuruh di dalam kepala yang membuatnya ingin menepi.
Ia mengingat saat mengobati pasiennya, seseorang berkata padanya ; daun teratai suci adalah obat dari surga. Charu tidak yakin, namun tidak pula meragukan. Kemudian ingatannya mengembara tentang bagaimana ia tersesat pada sebuah gua aneh di tepian bukit kala itu. Di bawah pohon pinus rindang itu mengeluarkan aroma wangi bunga Teratai. Charu mengingat satu persatu dengan detail meski perasaan takut lebih mendominasi andai terpaksa ia harus kembali ke tempat itu.
"mengapa pak tua tahu betul tempat itu?" gumamnya.
Berpikir keras hingga akhirnya memutuskan untuk pergi ke bukit Eiryu besok pagi.
***
Sementara itu, desas-desus mengenai putri Reina yang akan di jodohkan dengan Pangeran Natsu mulai tersebar luas di penjuru istana. Bagaimana rahasia itu bisa diketahui dengan mudah, jawabannya adalah Ishi. Raja Chang yang berkunjung dua hari lalu secara gamblang menyatakan misinya untuk menyatukan Sora dan Waji melalui putri sulungnya dengan Natsu.
Semua terkejut termasuk Lady Daini. Putri Reina yang terkenal pendiam dan dingin itu diam-diam menyukai putra tunggalnya hanya sekali memandang. Berbeda dengan Charu. Si anak terabaikan itu tidak terkejut sama sekali karena telah mengetahuinya. Dan itu bukanlah sesuatu yang baru. Maksud Charu, kak Natsu memang tampan. Dia memiliki banyak telenta serta sikap yang hangat serta ramah pada semua orang tanpa terkecuali. Tidak mustahil jika gadis sekelas putri Reina bisa jatuh hati dengan mudah pada kak Natsu.
Malam ketika Charu dan Reina pertama kali bertemu, itulah saat Reina secara blak-blakan menunjukkan kekagumannya pada kakak tersayang Charu. Melalu dirinya lah, Reina bisa tahu banyak tentang Pangeran Senja miliknya. Bahkan, dalam beberapa pekan Raja Chang akan mengirim utusan guna menjemput Natsu untuk datang ke Waji. Juga, jika keadaan Haru memungkinkan-dalam kata lain sudah pulih, Haru juga dipersilahkan turut serta.
"Kemana saja, kau dua hari ini!?" Lamunan Charu buyar tatkala Natsu yang datang dengan selalu dan tiba-tiba berada di hadapannya. Kemanapun Charu pergi, Natsu dengan mudah akan menemukannya.
"Aku sibuk dengan pasien-pasienku." jawab Charu acuh.
"Menjadi dokter Shin Yu?"
Charu hanya membuang napas kasar. "Akhir akhir ini aku terlalu sibuk dengan hal yang tidak perlu, hingga mengabaikan mereka yang memerlukanku." Meski demikian, senyum kecil itu tetap ia tunjukkan.
Kali ini Natsu menyadari ada yang berbeda pada sikap Charu. "Aku rasa kau sudah melakukan yang terbaik ... setidaknya untuk Haru." Ucapan Natsu terdengar ragu.
"Belum sepenuhnya," bantah Charu. Membuat Pangeran Natsu menatap serius lawan bicaranya.
"Kau menyembunyikan sesuatu dariku?"
Menggeleng."Kak Natsu, aku lupa mengatakan sesuatu padamu ... selamat atas perjodohanmu!!" Kedua alis terangkat. Charu ingin sekali mengetahui bagaimana kak Natsu bereaksi. Namun Natsu segera bangkit seolah tak ingin membicarakan hal itu.
"Aku bahkan tidak tahu siapa putri Reina." Natsu menatap pohon sakura yang berdiri kokoh tepat dia dan Charu duduk sekarang.