Charu

sk_26
Chapter #15

Bulan yang terbangun

***

Pangeran Natsu sangat lega mengetahui Charu sudah berada di istana sebelum ritual bulan purnama. Namun satu hal yang membuatnya masih di selimuti tanda tanya ; mengapa keadaan Charu terlihat begitu menyedihkan dan sangat berantakan. Ia bahkan tidak ingin ditemui siapapun dan mengunci diri di dalam kamar.

"Ayolah Charu, keluarlah ... nenek sangat ingin Pangeran Haru diobati olehmu!" bujuk Natsu yang kalah itu enggan untuk pergi dari kamar Charu.

"Keluarlah, kak! Aku tak ingin bertemu siapapun sekarang." tegas Charu sedikit terisak.

Merasa ini adalah privasi, Natsu memberi kode pada pelayan Charu agar meninggalkannya berdua sebentar untuk bicara. "Apa harus ibu suri yang menjemputmu ke kamar?" Natsu mendekati gadis yang sedang menyembunyikan wajahnya sembari menekuk kedua lutut itu.

"Kak Natsu, aku tak ingin bertemu siapapun di istana ... termasuk kau. Jadi, tinggalkan aku sendiri saja, ya?" Charu memelas.

"Baiklah, tapi ini adalah malam bulan purnama. Setidaknya lakukan sesuatu demi kesembuhan saudaramu, Charu. Setelah itu, kau boleh tinggal di kamar sampai kau mau."

"Dia bukan saudaraku ... dan tempatku bukan di kamar maupun istana ini, Kak Natsu! Charu mengerling ke wajah Natsu yang masih menunggunya mengatakan sesuatu.

"Baiklah kalau kau tidak mau ... tapi aku yakin sebentar lagi entah bibi Wein atau nenek. Ia akan mendatangimu. Jadi, kau bersiaplah!" Natsu pergi dari kamar Charu. Gadis itu masih termenung, namun bukan tentang perkataan Natsu. Ia mengingat semua kejadian yang baru saja dialaminya di dalam gua itu. Hati Charu seolah remuk seketika.

"Charu!!" Kedatangan Permaisuri Wein membuatnya bangun seketika setelah terkulai lemah. "Kau masih disini? Cepat temui Haru di kamarnya! Semua orang sedang bersiap melakukan ritual bulan purnama. Aku tak ingin ibu suri menghardikku lagi hanya karena kau!" tatap Wein dengan nyalang.

"Baik, ibu." jawab Charu patuh.

Charu lantas mengikuti Wein menuju kamar Pangeran Haru. Disana, putra mahkota masih terbaring lemah memejamkan mata, menunggu siapapun untuk memberinya pengobatan.

"Saat kami selesai, kami harus melihat Haru dalam keadaan sembuh! Lakukan apapun yang bisa kau lakukan untuk anak yang telah kau renggut kebahagiaannya itu!" Wein pergi dengan angkuh meninggalkan Charu yang mencerna kalimat itu dengan rasa perih teriris.

Lihat selengkapnya