Lelaki tinggi tegap itu menangkap kehadirannya. Sorot mata tajam menghunus tepat ke dalam mata Elnara seolah sedang menguliti gadis itu hidup-hidup.
Tenggorokannya tercekat, tubuhnya bergetar hebat sampai Ia lemas.
Ketika Lelaki itu berbalik penuh, Elnara merasa oksigen di sekitarnya dirampas secara paksa. Sekuat tenaga Ia berusaha mengumpulkan tenaga, ingin berlari menjauh untuk menghindar dari jangkauan lelaki yang sudah setengah perjalanan menuju dirinya. Namun hanya dapat menimbulkan gerakan tak berarti pada dada yang kembang kempis semakin cepat.
Elnara terisak. Menggelengkan kepala cepat, mencoba memberitahu Lelaki di depan bahwa jika tidak ingin di dekati. Sosok itu terlihat mengerikan di antara remang-remang pencahayaan bangunan, kemeja putih yang ternodai oleh darah segar semakin membantu Elnara untuk kehabisan nafas.
Usaha Elnara sia-sia.
Godam sudah tiba dihadapannya. Menghimpit Elnara antara dinding dengan tubuhnya. Gadis itu menunduk sedalam yang Ia bisa, semakin terisak.
Satu lengannya menyangga tubuh. Sedangkan tangan lainnya yang memegang sebuah pistol, menodongkan benda itu ke leher Elnara. Semakin naik, membelai kulit leher putih itu sampai ke bawah dagu, memaksa Elnara mendongak menatap matanya.