Terlihat gadis yang dipanggil oleh Bu Ningsih di sana, berharap bahwa di sebelahnya tak ada yang duduk dan bisa menjadi tempat duduknya Angga.
"Eee-a-ada, Bu, ada …" balas Dania dengan sedikit bertele-tele dengan beribu alasannya itu.
Ia adalah Dania Zaskyla, salah satu murid di kelas yang dikenal dengan sikapnya yang selalu ceria, bersahabat, dan kadang suka labil terhadap keputusan ataupun orang lain, kalian bisa panggil dengan sebutan Nia, itu membuat ia merasa beda dengan teman-teman kelasnya.
"Eh, Bu, setau saya di sebelah Nia ga ada kok, alasan nih Nia-nya." Sambung Gilang, teman Nia yang berprofesi sebagai ketua kelas.
Bu Ningsih pun terkejut, dan heran dengan kelakukan Nia yang ada-ada saja.
"Haduh, Nia ada-ada saja kamu!” Tegur Bu Ningsih. “Jadi, mulai sekarang kamu duduk di sebelah Dania ya, Angga," ujar Bu Ningsih ke hadapan Angga.
Seketika, bulu kening Nia yang tadinya sejajar dan menetap di tempatnya, kini menyatu di tengah sambil menyeret kulitnya yang ikutan berkerut, ditambah rasa emosi yang ingin marah.
"Baik Bu, sebelumnya makasih ya, Bu," ucap Angga sambil mengeluarkan sedikit senyuman.
"Hehehe ... ga usah di pikirin, santuy aja sama Ibu, kalo gitu Ibu pergi dulu ya," balas Bu Ningsih seolah-olah telah akrab bersama Angga.
Liriknya Nia yang tajam ke arah Gilang, karena telah diberi tahu ke Bu Ningsih kalau di sebelahnya tidak ada orang yang memiliki tempat duduk itu, Angga pun duduk di sebelahnya Nia. Nia terlihat sedikit cemas, ia selalu was-was dengan orang baru yang duduk di sebelahnya karena ia belum mengenali bagaimana sifat orang itu, apakah ia baik atau sebaliknya.
Tibalah jam istirahat, di mana para murid ke kantin membeli makanan, minuman, bertemu teman mereka, kumpul bareng dan melakukan kegiatan lainnya. Berbeda dengan Angga, ia orangnya ketika istirahat jarang sekali ke kantin, atau keluar kelas, bahkan hampir tidak pernah sama sekali, biasanya hanya duduk dan membaca buku pelajaran, novel, atau pun menyelesaikan tugas-tugasnya.
Timbul sebuah pertanyaan di dalam benak kepala Nia, tentang sikapnya Angga.
"Eh guys, kalian nggak kenalan tuh sama si murid pindahan, Angga?" tanya Nia ke teman-temannya.
"Ngapain nyuruh kita? Hmmm ... lo gengsi ya, mau kenalan? hayoo lo …" jawab Manda temannya Nia dengan begitu licik.
"Hahaha ..." tawa kecil si Nur, yang juga temannya Nia.
"Ih, asal aja lo kalo ngomong," balas Nia dengan kesal.
Tiba-tiba, Ayu—murid di kelas—dan dua orang temannya—satu geng—mendekati Angga, yang sedang duduk di sana membaca buku, sepertinya mereka ingin berkenalan dengan rasa tanpa malu mereka.
"Hai, Angga, gue Ayu, paling cantik and the best di kelas ini, salam kenal yah," sambil mendekatkan tangannya ke arah Angga yang mengharapkan balasan.
"Ya, salam kenal," balasnya Angga dengan muka datarnya yang tidak memiliki ekspresi itu, ia tidak melihat ke arah Ayu dan tidak membalas jabat tangannya Ayu karena sedang membaca buku.
Dengan ekpresi wajah seperti mengesalkan karena diabaikan, Ayu pun langsung pergi begitu saja dengan teman temannya.