Cherin

Author WN
Chapter #3

Kenal dengan pak tara

Tak lama kemudian...

Terlihat roti yang ku tunggu lewat. Aku dan adikku pun memberitahu bundaku yang sedang asik mengobrol dengan dua pria dewasa. Setelah itupun aku berlari dengan sangat kencang mengejar roti itu sambil berteriak dengan keras. Baru berapa langkah, akupun terjatuh karena tersandung. Salah satu dari pria dewasa yang sedang mengobrol itu, menggendong aku lalu meletakkan ku di lantai teras rumahku.

Bundaku hanya menggeleng-gelengkan kepala nya melihat tingkah laku ku yang tidak sabaran nya. Pria dewasa yang menolong ku itu, berdiri di samping ku lalu menasehati ku dengan wajah nya yang tersenyum. Walaupun tersenyum, tetap saja aku takut dengan wajah nya yang berwarna hitam serta tubuh nya yang gagah dan besar.

Ia pun berjalan lalu berteriak memanggil roti yang mau ku kejar tadi. Setelah itupun, bundaku membelikan ku roti. Aku dan adikku menikmati roti nya dengan memakan nya lahap sekali.

Bundaku kembali mengobrol dengan kedua pria dewasa itu. Semenjak saat itu, bundaku jadi mengenal pria itu dan semakin dekat dengan nya.

***

Beberapa Minggu kemudian...

Beberapa Minggu telah ku lalui. Kini aku mengenal pria dewasa yang telah menolong ku. Aku memanggil nya om Agus karena ia memiliki nama Agus siapa gitu. Aku lupa. Dia berprofesi sebagai TNI AL yang sedang bertugas di kebun ku tapi di bagian kebun sebelah kanan.

Setiap hari, ia selalu berjaga di sana karena sedang bertugas. Aku, bundaku serta adikku mereka hangat karena ada yang melindungi.

Suatu malam yang gelap, tepat nya di rumah ku terlihat aku dan yang lainnya sibuk sendiri-sendiri. Aku dan adikku tampak sedang main rekam-rekaman dengan adikku. Aku yang jadi kameraman sedangkan adikku yang menjadi model nya yang aku rekam.

Aku merekam tingkah adikku yang sangat menggemaskan. Di waktu yang bersamaan, saat ku merekam, bundaku berbicara di telepon dengan om Agus marinir itu. Mereka tampak berbicara dengan tawa. Di situ juga terdengar mereka membicarakan mengenai soal uang-uang gak jelas gitu.

Walau begitu aku tak peduli. Aku lebih memilih merekam tingkah lucu adikku dibandingkan ikut campur dengan urusan orang dewasa.

***

Beberapa hari kemudian...

Hari demi hari berlalu. Pada saat pagi hari seperti biasa, aku bermain dengan adikku di dalam kamar sambil menonton acara televisi. Sedangkan bundaku sibuk berberes-beres urusan pekerjaan rumah.

Lihat selengkapnya