"Halo ada apa?" Tanya om Romi ditelepon.
"Halo Assalamualaikum, mas Romi dan mas Agus bisa kesini dulu gak? Soalnya disini itu terdengar suara keras sekali dari atap," jawab bundaku.
"Oh begitu. Udah tenang aja," jawab om Romi santai.
"Tenang aja. Kalau misalnya bom atau apa gimana?" Jawab bundaku geram.
"Itu kiriman dari selingkuhan nya Iril. Tenang aja kiriman nya itu balik lagi ke sana. Jadi mental," jawab om Romi.
"Jadi aman nih? Besok ya ketemu. Aku takut kenapa-kenapa. Karena kan disini juga ada anak-anak," jawab bundaku.
"Ya udah iya," jawab om Romi.
"Yo wes, Assalamualaikum," jawab bunda.
"Walaikumsalam," jawab om Romi.
Setelah itu bundaku mematikannya telepon nya. Iapun meletakkannya hp nya kembali di atas lemari belajar ku yang tidak terlalu tinggi. Aku pun merasa sedikit heran, kenapa bundaku seperti orang bingung sehabis berteleponan dengan om Romi?
Perlahan-lahan aku mendekatinya lalu mengobrol dengan bundaku.
"Bunda kenapa?" Tanyaku.
"Tidak apa-apa rin," jawab bundaku.
"Kok kaya orang bingung sih? Ceritain aja ke Cherin," jawabku.
"Bukan nya bingung, tapi bunda lagi mikirin sesuatu. Apa yang ngirimin begituan Sandra kali ya? Soalnya dia dong yang suka banget sama ayahmu dan ingin merebut ayahmu dari bunda," jawab bundaku.
"Kiriman? Seperti santet gitu nda?" Tanyaku.
"Iya. Memang kelakuan orang Sunda yang begitu, bisanya merebut suami orang," jawab bundaku.
"Gak semua orang Sunda begitu nda sudah ah jangan lihat dari suku nya," jawabku.
"Ya tapi hampir sembilan puluh persen, orang Sunda tukang perbuat," jawab bundaku.
"Sudah ah aku ngantuk, mau tidur dulu. Besok masih sekolah kan?" Jawabku kembali tidur di kasur.
"Ya sudah," jawab bundaku.