Lagu Ed Sheeran mengalun merdu di dalam kafe tersebut. Membuat pengunjungnya terhipnotis dan merasa penatnya hilang begitu saja.
"Ting!"
"Dek, tolong layani meja dua puluh, saya ada urusan sebentar di luar."
Gadis yang baru saja selesai mengangkat piring kotor tersebut mengangguk, "Iya, Kak." Kemudian mengambil buku menu beserta notes kecil dan pulpen dan berjalan ke meja yang dimaksud.
Sesampainya di meja yang dimaksud, belum sempat mulutnya berbicara, matanya sudah membulat sempurna.
"Loh, adik kelas yang waktu itu kan?" tanya Tristan.
Gadis itu meneguk ludahnya susah payah, kenapa harus para kakak kelasnya datang ke kafe ini?
Gavin mendongak, dan mendapati gadis yang akhir-akhir ini memenuhi pikirannya kini berada di hadapannya.
"Selamat sore, Kak. Ini buku menunya, silakan dipilih, Kak," ucap Ara mencoba santai dan meletakkan buku menunya di meja Gavin dan teman-temannya.
"Gue kentang goreng sama hot chocolate," ucap Tristan setelah membolak-balik buku menu.
"Gue es chocolate aja," lanjut Lovita.
Kemudian, yang lain menyebutkan pesanannya satu persatu. Hanya Gavin yang sama sekali sedari tadi tidak mengeluarkan suara.
"Em, Kak Gavin mau pesan apa?" tanya Ara, mencoba sopan pada musuhnya sendiri.
"Gav, cepetan, waktu kita buat rapat nggak banyak," desak Tristan.
"Vanila latte," jawabnya singkat.
Ara mengangguk, "Ditunggu ya, Kak," ucapnya dan hendak pergi.
"Eh tunggu," ucap Rakha, salah satu anggota OSIS.
"Iya?"
"Roti bakar coklat ada nggak?" tanyanya.