Bos jadi-jadian
Incoming voice call
Ara menggeram kesal. Bahkan Ara baru menyuapkan suapan pertama nasi gorengnya ke dalam mulut. Namun, gadis itu tetap juga mengangkat telepon dari Gavin.
"Lo di mana?" sembur Gavin.
"Kenapa?"
"Gue tanya lo di mana?!"
Ara sedikit kaget mendengar suara Gavin yang ngegas tiba-tiba. "Di kantin," jawab Ara pada akhirnya.
"Kebetulan. Ke lapangan futsal sekarang. Bawain minum. Gue haus," ujar Gavin santai namun sarat akan perintah.
Ara menghela napas. "Harus sekarang banget?" Ara bertanya sarkas.
"Nggak, tahun depan. Ya sekaranglah dodol!"
"Iya, oke," ucap Ara lemas kemudian mematikan telepon sepihak.
"Siapa, Ra?" tanya Ghea.
"Siapa lagi? Kakak kesayangan lo," jawabnya malas.
"Disuruh apa lagi lo kali ini?" tanya Ghea.
"Beliin minum. Dah, gue pergi dulu.
Setelah Ara mengacir untuk membeli air mineral, Ezra bertanya, "Ara kok mau-mau aja disuruh sama kakak kelas?" tanyanya, tidak habis pikir.
Ghea terkekeh. "Lo mending tanya orangnya langsung," jawab Ghea kemudian menyeruput susu kotaknya.
———
Sesampainya di sana, rupanya kelas XII IPA 1 baru selesai pelajaran olahraga. Dan kebanyakan dari mereka memilih untuk duduk-duduk di pinggir lapangan futsal. Semuanya laki-laki, kecuali Lovita dan Davina.
Dan hal tersebut membuat nyali Ara cuit yang tadinya sudah membara ingin mengomeli Gavin.
Ara melangkah perlahan. "Permisi, Kak," ucapnya sopan. Seperti bukan Ara yang bar-bar.
Gavin mengernyit, "Kesambet apaan lo?"
Ingin rasanya Ara menampol Gavin saat ini juga, namun melihat Tristan yang tersenyum ke arahnya, mood gadis itu menjadi membaik.
"Ada apa, Ra?" tanya Tristan sembari menghampiri gadis itu.
Ara hanya diam sembari meremas botol air mineral yang dipegangnya.
Gavin berdecak, kemudian menghampiri Ara dan mengambil air mineral di genggaman Ara. "Thanks," ucapnya singkat sembari mengangkat air mineral yang sudah berpindah ke tangannya dan berlalu pergi.
Tristan sebenarnya penasaran, ada hubungan apa antara Gavin dan Ara? Kemudian Tristan menggeleng, mencoba menepis rasa penasarannya.
"Keadaan mama lo gimana, Ra?" tanya Tristan pada akhirnya.