"Gimana? Lo udah ada jawabannya?" tanya Gavin sembari menghadapkan badannya ke hadapan Ara. Posisi mereka saat ini sangat dekat. Bahkan, Ara bisa merasakan deru napas lelaki itu.
"Gila aja! Gue baru bangun langsung lo tanya pertanyaan seperti itu. Ya nggaklah!" jawab Ara dengan tidak santai.
Tiba-tiba, suara langkah kaki langsung membuat Gavin menutup mulut Ara yang seribut ibu-ibu sosialita kalau lagi gosip. "Diem," ucap Gavin pelan.
Suara langkah kaki tersebut semakin mendekat, dan bunyi pintu yang dibuka gemboknya membuat Ara bernapas lega.
Tepat setelah langkah kaki tersebut menjauh, Ara langsung berjalan menuju pintu, berniat langsung pulang.
Namun, Gavin tiba-tiba menahan lengannua dari belakang. "Gue antar lo pulang. Ayo. Sebelum sekolah jadi ramai," ucap Gavin sembari menarik tangan Ara untuk pergi dari sana.
____
Sudah beberapa hari semenjak insiden di lab fisika.
"Ara, ada yang nyariin lo di luar," ucap Ezra yang baru saja datang di sekolah.
"Siapa?" tanya Ara.
Ezra mengedikkan bahu. "Katanya, lo keluar aja. Nanti juga tahu sendiri."
Ara langsung menggembungkan pipinya sembari berjalan keluar. Sahabatnya yang satu ini masih pagi-pagi sudah menyebalkan.
"Loh, Kak Tristan? Ngapain ke sini pagi-pagi?" tanya Ara.
"Gue mau ngomong sesuatu," jawab Tristan.
"Apaan ya, Kak?" tanya Ara.
"Ara, gue suka sama lo. Lo mau jadi pacar gue?" Perkataan Tristan sukses membuat semua pasang nata kini memandang ke arahnya. Bahkan, hingga ada yang rela langsung keluar dari kelasnya sembari membawa sapu dan skop sampah karena tadinya sedang piket.
Ara mematung di tempatnya. Pengakuan yang tiba-tiba serta menjadi sorotan semua orang sama sekali bukan tipe Ara. Seumur hidup, gadis itu tidak pernah ditembak oleh laki-laki, kecuali pengakuan Gavin beberapa hari lalu di lab fisika.
Banyak yang merekam insiden tersebut kemudian memasukkannya ke dalam media sosial.
Sementara Ghea sudah kocar-kacir di tempatnya sembari mengirimkan pesan pada seseorang.
Kak Gavin
Kak
P
P
P
P
Urgent!