Childhood Journey

R. C Febiola P
Chapter #3

Bab III

           Pagi ini disekolah, ibu guru kelas satu ‘begitu kami menyebut guru di sekolahku, sesuai dengan kelas yang diajarinya’ memeriksa tugas kami. Yang tidak siap di suruh ke depan untuk angkat kaki sambil memegang telinga. Tujuannya tentu saja agar mereka jera, beruntung aku sudah menyelesaikannya.

           Kebanyakan dari kami anak- anak yang tinggal di kampong lebih suka bermain, dari pada belajar. Orang tua, juga karena terlalu lelah bekerja ke sawah, tidak sempat mengajari anak- anaknya. Aku beruntung mak-e mau mengajariku dan menyuruhku mengerjakan PR setiap pulang sekolah. Karena kalau sudah malam, pasti akan mengantuk, belum lagi jika listrik tiba- tiba padam.

           Ibu guru ini mengajar dengan baik, meskipun terkadang suka memukul, kalau kami bermain- main. Aku termasuk anak yang rusuh, banyak berbicara dan lasak. Aku tidak bisa diam, sangat suka bergerak dan tidak suka makan sampai kenyang, karena pasti nanti aku akan kesulitan berlari dan memanjat. Tidak heran ukuran tubuhku lebih kecil dan lebih kurus dari teman- teman yang lainnya, sehingga aku selalu duduk di bangku paling depan.

           Setiap guru pergi keluar kelas kau pasti akan mengobrol dengan teman semejaku. Kadang kadang aku juga memutar badan menghadap ke belakang untuk berbicara dengan temanku yang duduk di belakangku. Tak jarang aku mendapat teguran dari ibu guru. Sebagai anak perempuan aku cukup berbeda dengan temanku yang lain. Aku suka berlari dan juga memanjat pohon.

           Di belakang rumahku banyak pohon jambu biji. Hampir setiap hari aku memanjatnya untuk mencari buah jambu yang sudah matang. Berbeda dengan buah lain. Jambu biji bukan buah musiman, jadi tentu ada saja jambu yang aku temukan. Ini bisa kusebut sebagai bakat, karena tidak banyak temanku yang sekeren diriku. Menurutku.

           Aku selalu memanjat saat tidak sedang dilihat pak-e, kalau dia melihat maka aku akan kena pukul. Pak-e tidak suka aku memanjat, karena selain aku adalah anak perempuan dia juga takut aku terjatuh. Tapi kalau mak-e, senang saja, soalnya aku pasti akan memberi dia jambu yang kudapat.

Lihat selengkapnya