Sebagai anak tertua selalu ada di pikiranku, suatu hari nanti aku akan menjadi anak yang hebat, tidak tau hebat dalam artian apa. Jika melihat temanku melakukan sesuatu, selalu ada sesuatu dalam hatiku ingin mengimbangi. Kenakan memang, karena aku memang masih kanak- kanak.
Setelah ibu guru mengajar di kelas, pasti dia akan membuat kuis, untuk menguji pemahaman. Aku yang lumayan tanggap ini, tertantang untuk mendapatkan nilai yang bagus. Bukan hanya dengan kuis, uji kemampuan, PR, atau mengumpulkan tugas paling cepat. Hal- hal di luar akademik seperti bermain, berlari bahkan memanjat juga rasanya aku tertantang jika melihat seseorang unggul. Aku sering membuat itu sebagai motivasi untuk mengunggulinya. Berkat itu pula saat penerimaan rapor semester pertama SD, aku masuk jajaran siswa yang ranking di kelas.
Bukan main senangnya hatiku, saat mendengar namaku dipanggil. Anak kurus kering yang hitam ini mendapat prestasi. Segera saja aku berlari pulang penuh semangat untuk memberi tahu pak-e dan mak-e tentang prestasiku ini.
“Mak, pak aku juara!” seruku.
Pak-e kamudian mengambil raporku dan melihat nilaiku “bagus- bagus,” katanya sambil menepuk puncak kepalaku pelan. Mak-e juga tersenyum, tampak bahwa mereka berdua bangga.
***
Libur, tidak pernah membosankan bagiku. Sebagai anak yang aktif aku senang jika hari libur. Aku bisa bangun sedikit lebih lama, bermain sepanjang hari, bahkan terkadang aku lupa pulang untuk makn siang. Sungguh liar. Tapi untuk ukuran anak kampong aku tidak seberapa di banding temanku yang lain.
Menurutku aku cukup tomboy, jika kubandingkan dengan kedua adikku yang mentel. Mereka bisa tahan di depan cermin hanya untuk berdandan menggunakan pernak- pernik make-up mak-e. Menyisir rambut, berbedak dan juga lipstick. Hal yang membosankan bagiku. Aku lebih suka keluar rumah, mencari sekelompok anak yang sedang bermain, atau bahkan pergi bersama pak-e untuk mengambil bambu.
Biasanya hal ini dilakukan, jika hendak membuat kandang ayam atau tiang penjemuran kain. Tentu amat senang hatiku jika aku tidak tekurung di dalam rumah. Jika sedang mujur aku bisa pergi mencari teman- temanku untuk mengambil buah dari kebun orang- orang. Bisa disebut ini tindak kriminal anak kecil, karena sang pemilik pelit, sudah sering kulakukan.