Childhood Journey

R. C Febiola P
Chapter #5

Bab V

Hari ini, sedikit berbeda, bahkan sangat berbeda. Bagaiman tidak ada TV baru dirumahku. Jangan langsung berfikir kalau kami punya uang yang banyak. Nyatanya TV itu adalah pemberian dari uda, karena ibu pernah mengeluh aku sering pulang malam, sambil berlari ketakutan di jalanan gelap hanya demi menonton TV. Suatu kebiasaan yang buruk.

           Riang hati, tentu, aku tidak perlu lagi berbagi chanel membosankan dengan temanku yang memiliki TV. Bisa menonton tanpa harus di usir. Dan bisa menonton sampai malam tanpa harus pulang sambil berlari ketakutan di malam hari. Hah bahagianya. Seperti itulah kebahagiaan, setidaknya menurut pemikiran dari seorang anak kecil sepertiku.

           Hampir setiap jam sehabis pulang sekolah, aku selalu menonton. Mak-e juga awalnya tidak terlalu khawatir, tapi lama- kelamaan, aku jadi sering mengerjakan PR malam hari. Sehingga terkadang sudah terlalu mengantuk dan ketiduran bahkan sebelum menyelesaikan PR. Kebisaan buruk yang membuat nilaiku menurun. Tidak hanya karena TV baru, di sekolah juga ada beberapa teman yang iri denganku yang berhasil memperoleh juara kelas. Jika mereka meminta PR ku, aku jelas tidak mau membagi, itu akan menjadi pemicu kemalasan dan ketergantungan mereka terhadap orang lain.

           Karena perlakuanku itu, mereka kerap menjelek jelekanku. Bilang sombong lah karena dapat juara, bilang pelitlah dan sebagainya. Tak berfikir bahwa perkataanya sudah memberi dampak negatif padaku. Padahal kami sama- sama di kelas dan menurutku mereka lebih unggul dari pada ku. Tidak hanya sekali, bahkan cukup sering, aku mendengar sindiran dari mereka, bahkan fisik ku yang kurus, hitam dan berambut ikal juga tak luput dari sindiran mereka. Kalau masalah tinggi badan, aku jelas kalah dari mereka. Kalau adu jotos, aku bisa langsung skak-mat. Terlebih lagi rambutku yang berbeda dari mereka menjadi bual- bualan mereka.

           Aku sebenarnya memberi tahu kejadian itu kepada mak-e, sehingga terkadang dia memarahi, merka yang suka mengolok- olok aku. Mungkin mereka orang bebal atau licik, aku tidak tahu. Bukannya jera, mereka justru semakin sering mengolok- olok aku. Berkata bahwa aku anak yang suka mengadu.

           Mental ku rusak, aku jadi orang yang tidak percaya diri. Aku tidk suka menjadi pusat perhatian di kelas. Nilaiku jelas semakin buruk, di tambah lagi aku semakin sering menonton TV, hingg sering lupa PR. Di pembagian rapor berikutnya, aku tidak mendapat juara lagi. Memang tidak cukup mengejutkan sih bagiku. Itu tentu dampak dari tindakan mereka dan aku yang tidak bisa mengatasinya.

           Kehidupan di sekolah memang menjdi kurang menyenangkan, namun ada juga teman- teman lain yang tetap baik terhadapku. Setidaknya aku tidak menjadi bual- bualan mereka yang tidak senang denganku. Aku tidak terlalu memusingkan harus berteman dengan siapa saja. Aku lebih suka memiliki sedikit teman, tetapi saling mendukung, bukannya saling menjatuhkan, demi diri sendiri.

***

           Kuperlihatkan raporku pada mak-e dan pak-e, mereka cukup kecewa karena akau tidak dapat juara lagi. Pak-e memang hanya diam saja, tatapi mak-e membuat aturan menonton TV agar aku tidak terlalu sering melupakan PR ku. Tidak masalah bagiku, mengingat aku sudah rindu bermain, bersama teman- temn sekampungku.

           Seperti biasa, aku mulai mengerjakan PR sehabis pulang sekolah, setelah itu pergi bermain, sesuka hatiku, tentu setelah mendapat izin dari mak-e. Aku segera pergi ke belakang rumah. Kulihat sudah banyak buah jambu biji yang sudah matang, segera saja aku memanjatnya. Dengan keterampilan memanjatku, tidak butuh waktu lama untuk sampai ke atas pohon.

Lihat selengkapnya