Children of The Abyss

ryuukossei
Chapter #3

Chapter 3 : Superior Lake

Waktu untuk berangkat ke acara perkemahan semakin dekat. Aku sudah mempersiapkan diri untuk pergi kesana. Hanya tinggal satu hal saja yang mengganjal. Aku merasa perlu membawa alat untuk membela diri. Apa yang bisa kugunakan untuk membela diriku di bawah air jika seandainya ada hewan air jahat yang menyerangku?

Harpon atau jenis tombak ikan nampak sesuai. Sayangnya aku hanya tahu cara memakai tombak ikan saja karena kakek sangat suka memancing. Beliau pernah mengajarkanku cara memancing tradisional suku pedalaman. Walaupun begitu, tetap saja tidak mungkin aku bisa membawa tombak ikan kakek ke area perkemahan.

Akhirnya aku memberanikan diri meminjam belati milik kakek dengan alasan kebutuhan perkemahan. Demi keamanan kakek hanya meminjamiku pisau saku kecil yang cukup untuk memotong tali tambang atau ranting pohon saja. Aku tidak berani meminta hal lain lagi. Kupikir aku masih bisa membuat ranting tajam yang diasah dengan ini untuk berjaga-jaga.

Hari dimana aku dan teman-teman sekelasku berangkat ke area perkemahan pun tiba. Perjalanan ditempuh dengan mobil sewaan selama enam jam. Kami berangkat sebelum matahari terbit dan tiba di lokasi lewat tengah hari. Perjalanan kami terhitung lancar. Kami menghabiskan waktu dengan bercanda gurau dan menyanyi, hingga tak terasa sudah sampai di tempat tujuan.

Aku bersyukur sebagai manusia karena bisa mendapat kemudahan menggunakan kendaraan untuk berpergian. Sulit kubayangkan bagaimana Kimi harus berenang memutar melewati sungai, danau, dan lorong-lorong di bawah air untuk sampai kesini. Belum lagi kawanan mereka harus menghindari manusia dan hewan-hewan lain yang berbahaya. Semoga Kimi sampai disini dengan selamat.

Sambil beristirahat, aku duduk-duduk memperhatikan sekitar. Selain Danau Superior yang besar di belakang kami, ada beberapa danau kecil lain disini. Di depan tempat kami akan memasang tenda ada Danau Fanny Hooe yang dikelilingi resort dan penginapan lainnya. Di sisi lain ada juga Danau Lumpur yang tersambung ke Danay Fanny Hooe, serta Danau Lily yang tersambung dengan Danau Superior. Apakah di danau-danau kecil ini dihuni hewan istimewa? Aku penasaran.

Setelah beristirahat sebentar, kegiatan perkemahan dimulai. Ketua kelas mengumpulkan anak-anak di depan kabin. Beberapa guru memberikan sambutan dan instruksi. Acara penyambutan dan pembukaan berlangsung sampai sore, dilanjutkan dengan pendirian tenda-tenda. Aku satu tenda dengan Emma dan beberapa teman perempuan lainnya. Kegiatan kami di hari ini cukup banyak sampai malam pun tiba.

Dekat api unggun, kami berbagi cerita. Ada sebuah legenda tentang Danau Fanny Hooe di depan kami. Nama itu berasal dari seorang wanita bernama yang sama. Wanita itu menghilang misterius disini. Ada yang bilang dia tenggelam, ada yang bilang dia tersesat di hutan sekitar, ada yang bilang dia dimangsa beruang. Emma yang tidak takut dengan hal-hal seperti itu langsung membantah usaha para anak lelaki untuk menakut-nakuti kami. Menurut buku yang dibacanya, Fanny Hooe tidak meninggal atau menghilang misterius, tetapi sengaja pergi untuk menyembunyikan diri karena masalah yang dihadapinya saat itu. Para anak laki-laki kecewa dan mencari cerita-cerita lain untuk menakuti kami. Beberapa guru datang dan menyuruh kami untuk segera tidur.

Dalam tidurku lagi-lagi aku bertemu dengan anak gadis itu. Kali ini aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Seorang anak gadis yang manis, mungkin usianya sekitar 10 tahun. Kulitnya putih kemerahan, rambutnya berwarna coklat muda, dengan mata hijau yang cantik seperti berlian. Di dalam gelembung dia meminta tolong. Kali ini suaranya terdengar jelas. Suasana di sekitar pun sudah tidak gelap gulita lagi. Ada banyak tumbuh-tumbuhan air memancarkan cahaya yang cukup untuk membuatku tahu bahwa tempat itu adalah goa bawah air yang sangat besar.

“Kak, tolong aku! Keluarkan aku dari danau ini sebelum bulan purnama datang! Orang itu berniat jahat ingin membuka gerbang ke dimensi lain. Dia ingin mencelakakan manusia! Para penghuni air akan dimanfaatkannya. Jangan sampai hal itu terjadi!”

“Apa yang harus kulakukan untuk menolongmu? Bagaimana cara mengeluarkanmu dari benda ini?”

“Namaku Elizabeth. Kakak tidak perlu menghancurkan gelembung ini sekarang. Cukup segera membawaku ke daratan dan keluar dari goa ini saja, selanjutnya tolong hubungi ibuku!”

”Bagaimana cara menghubungi ibumu?”

“Ibuku ada d GiO Academy, beritahu soal aku. Mereka pasti akan mengirim orang untuk datang kesini. Kumohon segera hubungi ibuku dan bawa aku keluar dari sini kak!”

“Iya! Baiklah, aku akan membantumu!”

“Ah! Para makhluk laut itu datang lagi!”

Di belakangku, kembali bermunculan hewan-hewan air menyeramkan. Aku ingat salah satu diantaranya adalah hewan yang pernah kutemui di danau belakang rumahku. Seekor hewan berleher panjang seperti hewan purba Plesiosaurus. Di sekelilingku ada hewan-hewan air lain yang tampak seperti hewan purba lainnya. Mereka semua menatap tajam ke arah kami. Salah satu diantaranya berenang mendekatiku dengan cepat dan hampir menerkamku. Tiba-tiba kudengar suara seseorang yang kukenal memanggilku, membangunkanku dari mimpi.

“Dee!”

“Hah!?”

“Dee, kamu tidak apa-apa? Apa kamu bermimpi buruk?”

“Uh… Iya, Emma…”

“Ini minumlah, aku melihatmu mengigau dan seperti ketakutan. Lihatlah bajumu sampai basah oleh keringat”

“Oh… iya… terimakasih Emma. Sekarang jam berapa ya?”

“Ini masih jam 3 dini hari, sebaiknya ganti dulu bajumu sebelum tidur lagi. Bisa-bisa nanti kamu masuk angin kalau tidur dengan baju basah begitu”

“Iya, baiklah”

Aku bersyukur memiliki teman yang baik seperti Emma. Selain cerdas, Emma dikenal di sekolah sebagai anak yang baik dan perhatian dengan anak-anak lain. Sifatnya yang penuh kasih dan mudah bergaul dengan siapa saja itu membuatnya banyak disukai oleh orang-orang di sekolah. Akupun sudah berteman dengannya sejak sekolah dasar dan kami cukup akrab di sekolah.

Setelah mengganti bajuku, aku pun berbaring untuk tidur lagi. Aku mengingat mimpiku tentang anak bernama Elizabeth. Terasa begitu nyata seperti bukan mimpi biasa. Aku yakin mimpi itu adalah sebuah pesan darinya. Aku akan mencoba mencari tahu soal GiO Academy dan menghubungi ibunya. Perlahan mataku mulai berat. Sebelum terlelap, aku kembali teringat dengan temanku yang lain, Kimi. Apakah dia sudah sampai di danau ini?

Saat matahari terbit, berbagai kegiatan perkemahan dimulai. Aku mencuri waktu untuk mencari tahu tentang GiO Academy. Beruntung di area perkemahan ini tersedia akses internet yang memadai sehingga aku bisa mengumpulkan informasi. GiO Academy adalah sebuah sekolah elit yang terletak di daerah kepulauan kecil di Oceania. Tidak banyak informasi yang didapat selain sekolah tersebut hanya menerima murid dari kalangan tertentu saja dan fokus pada pengembangan diri. Walaupun terkesan terpencil, sekolah itu memiliki fasilitas yang lengkap dan berteknologi tinggi. Aku tidak habis pikir, orang macam apa yang membangun sekolah di tempat seperti itu. Pemikiran orang kaya kadang sulit dimengerti.

Kontak sekolah tersebut berhasil kudapatkan. Beberapa kali kucoba hubungi, sambungan telepon selalu masuk ke panggilan mesin otomatis. Sulit untuk bisa langsung menghubungi operator karena jaringannya penuh dan harus menunggu lama. Kucoba mengirim email, berharap bisa mendapat balasan dari mereka.

“Hey, Dee! Kamu sedang apa?”

“Oh Emma, aku sedang browsing saja”

“Jauh-jauh kemari, kamu malah browsing… Ayo ikut aku! Ada jam bebas sampai siang nanti, kita bisa mencoba beberapa atraksi dan kegiatan di sekitar sini!”

Emma menarikku pergi, kami bergabung dengan para guru dan anak-anak lain. Beberapa anak laki-laki ada yang ingin mencoba Canoe dan berenang, namun dilarang oleh para guru. Beberapa waktu lalu terjadi kecelakaan perahu Canoe di danau yang menewaskan hampir satu keluarga. Berenang pun tidak diperbolehkan di danau ini karena termasuk danau yang berbahaya dan sangat dalam. Titik terdalamnya bahkan bisa mencapai 400 meter.

Bulu kudukku merinding mendengar angka kedalaman danau ini. Empat ratus meter adalah dua puluh kali kedalaman yang pernah kuselami. Tidak terbayang sedingin dan segelap apa dasar danau ini. Walaupun aku bisa bernafas dan berenang bebas di dalam air, tapi aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya turun ke dasar danau paling dalam.

Akhirnya sebagian anak-anak yang penasaran ingin berperahu dan berenang pindah ke Danau Fanny Hooe. Titik terdalam danau ini hanya 12 meter, dan terdapat pantai khusus untuk berenang yang relatif aman. Walaupun begitu anak-anak tetap diminta untuk waspada dan berhati-hati. Para guru pun turut mengawasi. Sebagian anak yang lain pergi berjalan-jalan ke taman dan museum di sekitar area perkemahan.

“Dee! Temani aku ke pelabuhan yuk! Ada barang yang ingin kubeli”

“Boleh! Aku juga ingin membeli beberapa souvenir”

Emma mengajaku ke pelabuhan, disana banyak terdapat restaurant dan toko souvenir. Jarak tempuhnya hanya sekitar 15 menit berjalan kaki dari area perkemahan. Aku membeli beberapa souvenir untuk kakek, nenek, dan orang tuaku. Kami juga mencicipi beberapa makanan khas tempat ini. Sore hari kami pulang kembali ke perkemahan. Setelah menyimpan belanjaan dan beberapa barangku, aku memisahkan diri untuk melihat Danau Superior. Dengan membawa beberapa remah kue dan roti, aku berniat memanggil Kimi.

Dari balik hutan kota, aku melihat tiga anak laki-laki diam-diam pergi ke danau besar itu membawa perahu kecil. Mereka mencari tempat sepi, menaiki perahu menjauhi daratan sambil mengangkat kamera handphone. Anak-anak nakal itu mungkin sedang merekam video untuk mencari sensasi agar terkenal. Aku khawatir terjadi apa-apa dengan mereka. Larangan berperahu kecil disini sudah pasti bukan tanpa alasan, apalagi belum lama ini terjadi kecelakaan.

Benar saja, terjadi sesuatu dengan mereka. Salah satu anak kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke air.

“Hahahaha! Dasar bodoh! Hey lihat, dia terjatuh ke air!”

“Aku tenggelam! Aku tenggelam! Hahaha!”

Mereka tertawa dan bercanda sambil terus merekam. Tidak jauh dari tempat anak-anak itu, muncul melihat riak air yang tidak normal dan bayangan gelap besar. Mereka sepertinya tidak sadar karena sibuk merekam dan bercanda. Aku berteriak memanggil mereka.

“Oh sial! Ada yang melihat kita!”

“Ayo kembali cepat! Jangan sampai anak itu melaporkan kita pada guru!”

“Biarkan saja anak itu, nanti kita datangi dia supaya tidak melapor! Hahaha!”

Mereka memberi isyarat mengejekku dan mengabaikanku. Aku berputar untuk mencari tempat sepi dan tterjun ke dalam air. Aku berenang menuju lokasi anak-anak nakal itu untuk memastikan ada apa di bawah riak air yang aneh disana. Apa mungkin itu Kimi dan kawanannya? Atau makhluk lain yang belum kuketahui?

Air di danau ini sangat jernih, dasar danau bisa terlihat dengan jelas. Ilusi pada air danau ini seolah dasar danau yang terlihat itu dangkal, padahal tidak. Perahu anak-anak nakal itu hanya berjarak beberapa meter dari tepian namun kedalaman danau sudah lebih dari dua kali tinggi orang dewasa. Bayangan hitam itu semakin dekat, aku bisa melihat jelas bentuk hewan air besar itu. Hewan yang sama yang kulihat di belakang rumahku beberapa waktu lalu.

“Si Leher Panjang!”

Suaraku mengalihkan perhatiannya dari perahu anak-anak nakal. Hewan itu berbelok ke arahku dan mengejarku. Aku berusaha berenang menjauh secepat mungkin. Rahang hewan itu hampir saja menangkap kakiku, sampai ada segerombolan ikan besar berenang cepat menabraknya. Dinosaurus air itu pun pergi menjauh. Ada yang kukenal dari segerombolan ikan besar yang menolongku.

“Kimi!”

“Dee! Ayo ikut kami kesini!”

“Tapi anak-anak itu bagaimana?”

“Biar kami yang urus!”

Aku berenang mengikuti Kimi dan beberapa teman-temannya. Dua ekor ikan besar teman Kimi yang lain menabrak perahu anak-anak nakal dan membuat mereka semua terjatuh ke air. Sempat kulihat mereka menakut-nakuti anak-anak itu. Akhirnya anak-anak itu ketakutan dan berenang ke tepian, keluar dari air. Kedua ikan besar itupun kembali menyusul kami.

Kami pergi ke sisi lain danau, menjauhi keramaian manusia. Kimi dan kawanannya membawaku ke sebuah goa bawah laut tersembunyi. Mulut goa itu tidak terlalu besar, hanya muat seukuran kami yang bereneang satu per satu. Di dalamnya terdapat sebuah ruangan yang cukup luas dan tersambung ke goa di pinggir tebing di samping danau. Kami berkumpul di sana. Aku duduk di bebatuan dikelilingi Kimi dan enam ekor ikan lainnya.

“Dee! Apa yang kamu lakukan disini!? Aku sudah memberitahumu kan akan ada banyak penghuni air seperti kami yang berkumpul disini sampai bulan purnama nanti! Banyak diantaranya tidak menyukai manusia!”

“Kimi… Aku dan teman-teman sekelasku mengadakan acara perkemahan di dekat sini. Ada anak-anak nakal yang nekat bermain perahu di tempat terlarang, aku menolong mereka dan makhluk itu muncul… Maaf…”

“Sekarang sebaiknya kamu segera kembali ke perkemahan. Gurumu dan teman-temanmu yang lain pasti sedang mencarimu”

“Tidak, masih ada yang harus kulakukan disini. Apa kamu tahu gadis bernama Elizabeth? Dia muncul terus di dalam mimpiku. Katanya dia ditangkap dan disekap di danau ini. Dia memintaku untuk menolongnya sebelum bulan purnama tiba”

“Gadis manusia? Disekap di danau ini?”

“Iya, aku khawatir ada manusia lain sepertiku yang terlibat…”

Teman-teman sekawanan Kimi yang sedari tadi diam, mulai angkat bicara satu per satu.

“Setahu kami tidak ada manusia yang diundang ke perkumpulan ini”

“Iya, hanya para penghuni air saja yang diundang!”

“Apa kalian tahu, maksud dan tujuan diadakannya perkumpulan ini?”

Satu pertanyaan kulontarkan dan semua terdiam. Para ikan istimewa itu saling tatap. Satu diantara mereka akhirnya menjawab.

“Kami tidak tahu… Kami diancam agar berkumpul disini. Kami dengar semua hewan air dari kawasan danau dam sungai utara akan berkumpul untuk membicarakan hal penting. Katanya ini berkaitan dengan masa depan kami. Mengenai manusia sepertimu yang ditangkap oleh mereka, kami tidak tahu…”

“Dee, apa kamu mempercayai anak yang ada di mimpimu itu?”, Kimi mengambil alih pembicaraan.

“Iya, aku yakin sekali mimpi ini adalah pesan! Bukan sekedar mimpi biasa. Aku sampai datang kesini hanya untuk memastikan dua hal. Kalian pulang dengan selamat, dan anak yang terus muncul di mimpiku itu bisa ditolong”

“Bagaimana caramu mencarinya di danau yang luas dan dalam ini? Bahkan kami para ikan permukaan tidak bisa menyelam sampai dasar. Danau ini memiliki titik terdalam yang tidak mungkin diselami oleh kami, apalagi olehmu Dee! Belum lagi ada banyak makluk berbahaya yang menunggu di dalam sana…”

“Aku akan mencari cara! Elizabeth bilangbercerita kalau undangan ini adalah usaha seseorang yang jahat untuk mengumpulkan dan mempengaruhi kalian semua. Orang itu ingin membuka gerbang ke dunia lain dan mencelakakan manusia. Jika sampai hal itu terjadi maka dunia manusia dan kita para penghuninya akan terancam!”

“Membuka gerbang ke dunia lain? Bagaimana mungkin!?”

“Aku… Aku pernah mendengar soal itu… Boleh aku bercerita?”, salah satu ikan istimewa yang terlihat paling tua disbanding yang lain maju. Ia mendekatiku.

“Sewaktu kecil, kakekku bercerita tentang Para Penjaga bumi ini. Wujud mereka bermacam-macam, umur mereka sangat panjang, dan mereka sangat kuat. Salah satunya ada yang bertugas menjaga sungai, danau, dan lautan bernama Livyatan.”

“Livyatan? Apa maksudmu Leviathan yang ada di cerita-cerita mitologi?”

Lihat selengkapnya