Dua hari aku memikirkan tawaran pekerjaan yang diajukan Mrs. Rose. Persis seperti dugaanku, mama mendukungku untuk menerimanya. Menjadi pegawai pemerintah adalah hal yang luar biasa, menurut mama. Akupun memutuskan untuk menerimanya.
Pagi itu, aku berangkat ke kampus menemui Profesor Julian untuk menyampaikan jawabanku. Aku datang tepat waktu sesuai jam yang disepakati. Aku tidak menduga ternyata Mrs. Rose sudah ada di sana. Sepasang matanya tajam mengikuti langkahku memasuki ruangan Prof. Julian. Sebuah map bersampul hitam ada di pangkuannya. Saat aku datang, Prof. Julian sekilas tersenyum padaku. Setelah mempersilahkan aku duduk, beliau beranjak keluar ruangan, meninggalkan aku dan Mrs. Rose berdua.
Mrs. Rose bangkit berdiri, menyalakan laptop dan LCD proyektor. Perlahan layar LCD yang tergulung di atas, turun membentang di depanku. Wanita cantik itu menyerahkan seberkas dokumen padaku. “Dengan menandatangani surat kontrak ini, kamu bukan hanya calon abdi pemerintah, namun kamu adalah calon patriot, Moira,” ujar Mrs. Rose. “Siap Mrs. Rose. Aku juga siap merelakan jiwa ragaku untuk negara,” sahutku mantap sambil menandatangani dokumen tersebut. Jiwa nasionalisku terasa membuncah seiring ingatanku pada papaku, Kapten Marinir Gepardi yang dinyatakan missing in action dalam melaksanakan tugas negara. “Kami yakin kamu siap, Moira. Sistem rekrutmen kami sangat ketat. Ada tinjauan psikologis disana. Sekarang aku terangkan sedikit tentang tempat kerjamu, insan yang bakal menjadi obyek penelitian serta pendataan, juga latar belakang Chimera Project oke, ya?” pungkas Mrs. Rose membuyarkan lamunanku tentang papaku. Aku menganggukkan kepalaku.
Jemari Mrs. Rose bergerak lincah diatas laptop dan logo segitiga itu muncul dalam layar LCD di depanku. Menatap logo segitiga itu sekali lagi dadaku berdebar-debar resah. "Okay Moi, sebelum aku mulai menerangkan kepadamu, aku tegaskan apa yang kupresentasikan saat ini adalah rahasia negara. Kau tidak boleh membocorkannya kepada siapapun juga termasuk kepada keluargamu. Kau jaga rahasia ini sampai kapanpun. Bila keluargamu atau siapapun bertanya tentang pekerjaanmu, katakanlah bahwa kau mendapatkan penempatan kerja sementara di luar pulau yang terpencil, kau paham Moi?" tegas Mrs. Rose. "Aku paham Mrs. Rose, baik selaku pendidikanku sebagai psikolog, aku memang harus bisa menjaga rahasia, apalagi ini rahasia negara," aku menjawab dengan semangat. “Okay, aku lanjutkan ya. Chimera Project adalah proyek rahasia pemerintah yang ditujukan agar di masa depan negara kita semakin disegani. Kata Chimera berasal dari legenda binatang yang kuat, perpaduan antara singa, naga dan kambing. Visi kita adalah membangun suatu negara yang kuat. Dan untuk menjadi negara yang kuat, kita perlu sumber daya manusia yang hebat. Adapun misi kita adalah menghasilkan laskar militer yang kuat tak terkalahkan dari proyek ini."
Aku tertegun, sungguh suatu kehormatan bagi anak marinir sepertiku untuk menjadi bagian dari misi rahasia demi kemajuan bangsa. Tangan Mrs. Rose bergerak, klik! Layar LCD berganti menjadi sebuah pulau di tengah laut dengan bangunan besar di tengah-tengahnya. Bangunan suram berkabut menyerupai benteng yang berdiri kokoh. “Luas pulau Chimera Project hanya kurang lebih 10 km. Pulau ini terletak di tengah-tengah lautan, dengan jarak tempuh 3 jam untuk kapal laut dengan kecepatan sedang. Bila menggunakan helikopter jarak tempuhnya hanya 30 menit saja. Hanya helikopter yang memungkinkan untuk mendarat di pulau ini, dan maksimal 4 helikopter saja." Mrs. Rose melanjutkan, "Dalam pulau Chimera terdapat 20 orang penjaga penjara, seorang sipir penjara, seorang pharmacyst, seorang dokter penjara, lima orang prajurit yang tugas sebagai pembantu penjara, seorang suster perawat yang mendapat cuti selama 3 hari penuh selama 3 bulan dan mereka berjaga bergiliran setiap hari.” Gambar di LCD terus berubah-ubah sesuai dengan penjelasan Mrs. Rose. Aku merasakan antusiasmeku muncul berkobar-kobar. Rasanya tak sabar menantikan penjelasan Mrs. Rose mengenai pekerjaan baruku ini selanjutnya. “Sekarang aku mau memperkenalkan siapa saja yang ada di Chimera Project. Yang pertama...” Klik..klik.. jari Mrs. Rose bergerak. Layar LCD sekarang menampakkan wajah seorang wanita muda berambut keriting pendek, kulitnya gelap, berbibir tebal, berpipi chubby dan kelopak matanya half moon eye seperti yang dipunyai Prof. Julian. Bedanya bola matanya besar sehingga dari sorot matanya aku melihat wajah yang nampak sedih, seperti habis menangis atau wajah yang kelelahan sesudah habis menangis. Sosok yang nampak lugu namun kelihatan menderita. “Ini Angel. Panggilannya Curly, karena bentuk rambutnya. Sekarang umurnya 20 tahun. Dia ini clairvoyant masa lalu, artinya Curly bisa melihat kejadian masa lalu. Ia bisa masuk ke obyek yang dilihat, apa yang dirasakan obyek, Curly akan ikut merasakan.” Aku menatap foto Curly sambil meresapi menjelasan Mrs. Rose, antara bingung, heran juga takjub menyelimuti pikiranku. “Kemampuan Curly menyiksa dirinya sendiri, Moi. Setiap saat, bila ia berada di suatu tempat, tempat itu akan bercerita tentang apa yang terjadi disitu.Terutama hal-hal yang mengerikan yang terjadi. Misalnya Curly pernah melihat seorang pria yang menusuk seorang wanita dengan pisau. Darah korban menyembur dari dadanya. Curly kecil tertekan dan sangat ketakutan, karena dia mengalami penglihatan tersebut lalu menjadi histeris.” sejenak Mrs. Rose menghela napasnya. “Dengan media barang milik seseorangpun Curly sanggup menembus dimensi masa lalu seseorang. Misalkan dari sapu tangan yang ditemukannya, Curly bisa tahu kalau pemilik sapu tangan tersebut telah meninggal. Yang parah, Curly sendiri bisa menjadi medium dari seseorang atas kejadian di masa lalu. Ia bisa berteriak, ‘Tidak...jangan bunuh aku, pisaumu menembus jantungku.’ Padahal hal itu tentu saja tidak terjadi nyata pada dirinya." Mrs. Rose sejenak berhenti sambil menatapku, terlihat penjelasannya ini juga mengaduk emosinya. "Keluarga Curly sangat malu akan kondisi jiwa anak perempuannya itu. Di sekolahpun Curly bisa tiba-tiba menangis, histeris dan akhirnya dikeluarkan dari sekolahnya. Papanya seorang pengangguran. Ia bekerja saat ada panggilan kerja sebagai tukang batu, dan suka mabuk-mabukan. Papanya menjuluki Curly anak gila. Papanya juga kerap memukuli Curly dengan tongkat kayu hingga Curly berteriak kesakitan. Curly menikmati bangku sekolah hanya sampai SMP kelas 1. Tidak ada sekolah yang mau menerimanya karena sering membuat kehebohan. Teman-teman sekolahnya menjauhinya dan mengira Curly sering kesurupan. Curly alias Angel sekarang sudah dewasa, namun tingkahnya masih kekanak-kanakan, Moi.”
"Mamanya di mana Mrs. Rose?” tanyaku menyela. “Mama Curly sebenarnya menyayangi Curly dan menerima keadaannya. Sayangnya karena tekanan hidup yang serba kekurangan, ditambah sifat suaminya yang keras serta mudah untuk ringan tangan, maka mereka sering bertengkar. Mama Curly meninggal karena sakit beberapa tahun yang lalu, mungkin tekanan psikis keluarga membuatnya tidak mampu bertahan hidup. Curly yang sebenarnya berbakat, kami ambil dari keluarganya, daripada dia dipukuli terus oleh papanya. Saat kami ambil Curly, papa Curly tidak kami jebloskan ke penjara karena kekerasan yang dilakukannya atas Curly. Sebagai kompensasinya, Curly dipelihara oleh negara.” Hatiku diliputi kekaguman atas kemampuan luar biasa Curly, tetapi hatiku merasa ikut pedih, bahwa dibalik kehebatannya Curly memiliki beban berat atas kemampuannya tersebut. Ditambah lagi ibunya yang menyayanginya telah meninggal, sementara ayahnya sangat keras padanya. Aku mendesah, “Ah, Curly yang malang.”
“Aku lanjutkan ya, Moi." ujar Mrs. Rose sambil memencet kontrol pointernya. Klik! "Ini penghuni lainnya. Namanya Ariesty. Panggilannya Risty.” LCD menampakkan foto seorang wanita muda, bertubuh kurus, nyaris tinggal tulang, berambut tipis lurus nyaris gundul. Ia nampak lemah berbaring di ranjang dengan selang infus di tangannya. Matanya menyipit seperti memicing mirip orang yang kesakitan. Kepalanya sangat besar seperti anak yang menderita hidrochepalus yang pernah aku terapi di akademi okupasi tempatku magang dalam rangka pembuatan skripsiku. “Risty kebalikan dari Curly. Dia ini seorang pre cognition, pelihat masa depan. Kemampuan Risty diketahui teman-temannya, beberapa waktu yang lalu , sebelum sakit Risty semakin parah. Sekarang umurnya 23 tahun. Saat ini dia menderita demam berkepanjangan yang menyebabkan rambutnya rontok dan badannya kurus kering. Dulunya ia gadis yang cantik. Bahkan sangat cantik. Sayangnya ia divonis dokter menderita tumor otak, ada benjolan di otaknya, Moi.” “Pre Cognition? Pelihat masa depan? Oh, maaf, kukira dia menderita hidrochepalus,” gumamku terus terang. Klik! Slide menunjukkan foto Risty muda sebelum menderita sakit. Gadis muda yang ceria dan sangat cantik, menurutku sangat sempurna kecantikannya. Hidungnya mancung. Kulitnya putih. Matanya indah dengan alis yang terbentuk rapi serta bulu matanya lentik. Sangat kontras dengan slide sebelumnya, di mana semua kecantikannya nyaris tidak nampak lagi. Benar-benar mengenaskan ! “Cantik sekali dia, Mrs. Rose. Malang sekali keadaannya sekarang," kata-kataku tercekat. Mrs. Rose mengangguk, “Dengan kemampuannya, Risty bisa tahu kalau 3 hari lagi akan ada pesawat jatuh dan semua penumpangnya tewas, lalu saat seorang teman pria mengejeknya tentang rambutnya yang mulai menipis, Risty membalas perkataan pemuda itu bahwa rambutnya lebih baik, daripada tubuh pria itu yang seminggu lagi akan terbaring di aspal dan nyawanya terlepas dari tubuhnya. Ucapannya terbukti, teman pria itu tertabrak mobil, darahnya menggenang di aspal.” Aku kembali tercekat, dibalik fisiknya yang lemah, tersimpan begitu besar potensi metafisikanya. Aku bergidik ngeri karena membayangkan kejadian yang menimpa pemuda tersebut. Kemampuannya memprediksi masa depan sanggup menghadirkan kengerian, nasib manusia lain, seolah sudah diketahui sebelumnya olehnya. Klik! Gambar di layar LCD berubah lagi. “Ini MRI penampang otak Risty. Dilihat dari atas. Hasil MRI ini diambil seminggu yang lalu. MRI menunjukkan pembesaran otak dengan masa otak membesar, ditandai dengan pelipatgandaan sel secara abnormal. Dengan alasan untuk pengobatan yang lebih baik, kami membawa Risty ke Chimera. Sekitar 3 bulan lagi Risty akan dibawa ke luar negeri untuk pengobatan yang lebih baik. Saat itu, aku harap laporanmu untuk dia telah selesai.” ujar Mrs. Rose sambil menatapku. “Aku akan berusaha yang terbaik, Mrs. Rose,” ucapku. “Risty saat ini usianya sepantaran denganmu, Moi tahun ini usianya 23 tahun, mestinya kalian bisa akrab nantinya.” kata Mrs. Rose seolah membuatku semakin tertarik kepada pekerjaan baruku ini. “By the way, Mrs. Rose mengapa Risty bisa sampai ke pulau Chimera? Apakah mengetahui masa depan merupakan kesalahan sehingga ia yang dalam kondisi sakit bisa disana?” Rasa ingin tahuku menyeruak. “Oh, Risty ini anak tunggal dari Jendral Manton. Beliaulah yang menyandang dana sekaligus pelindung dari pulau dan project ini. Risty sendiri memiliki tim kesehatan khusus untuk merawat dia.”
Klik! Jemari Mrs. Rose bergerak. “Selanjutnya ini Henry, Henry Wilkinson.” Aku melihat foto seorang pria muda, cukup tampan, tubuhnya tegap berisi serta penampilannya sangat rapi dan trendy. Senyum manisnya mengingatkanku akan Adrian. Senyum yang menunjukkan bahwa pemilik senyum itu orang yang bersemangat, ceria, usil dan senang bercanda, seolah di dunia ini tak ada satupun masalah dalam hidupnya, walau kenyataan sebenarnya tentu saja tak seperti itu. Tak banyak orang yang tahu, namun ada suatu waktu dalam kehidupan Adrian juga jungkir-balik dilanda badai. Pria periang itu bahkan satu kali pernah menangis tersedu-sedu di depanku kala curhat tentang beban masalah pribadinya dengan metode hipnoterapiku saat kubongkar masa lalunya. Henry ini, seperti apakah pribadinya? “Ia disapa pesolek. Umurnya 30 tahun. Henry seorang ahli telepati. Ia bisa berbicara hanya dengan kekuatan pikirannya. Ia juga mampu memanipulasi suara hati seseorang. Ia menggunakan keahliannya untuk menipu beberapa pengusaha dalam transaksi bisnis. Kejahatannya sulit dibuktikan. Demi menghindari kejaran serta target dendam dari orang-orang yang ditipunya, kami menyembunyikannya di pulau Chimera. Mungkin kau pernah mendengar pengusaha Mc. Pherson yang nyaris bangkrut karena dananya dipindah ke beberapa rekening yang telah disiapkan Henry. Ya , inilah Henry penipu yang tidak bisa dibuktikan kejahatannya. Walau namanya tidak pernah muncul di media masa, namun pihak inteligen dan perbankan mengetahui hal itu. Kejahatan Henry tak terbuktikan saat itu." Aku terhenyak. Wajah tampan dengan setelan baju yang necis disertai kemampuan hebat telepathy, namun sifatnya penipu membuatku heran, terpana dan juga terpesona. "Negara ingin mengembangkan kemampuan telepati seperti Henry ini untuk tentara. Bayangkan Moi, kalau tentara kita dapat saling berkomunikasi tanpa perlu frekuensi radio ataupun alat-alat elektronik, koneksi internet, tanpa batas waktu dan wilayah serta aman tak terdeteksi musuh, maka berkomunikasi lewat telepati tanpa alat elektronik apapun, sangat praktis sekali bukan?” “Maksudnya tanpa batas wilayah bagaimana, Mrs. Rose ?“ tanyaku. “Oh, maksudnya begini, apabila kita punya prajurit di luar negeri, maka lalu lintas percakapan mereka, tidak akan terdeteksi pihak asing, bisa untuk kegiatan spionase, infiltrasi ke wilayah musuh," jelas Mrs. Rose. “Gimana, Moi? Tampan kan? Sense of humornya tinggi. Penampilannya sopan. Hati-kati kamu Moi, jangan sampai kamu kena manipulasi telepatinya, ya,” goda Mrs. Rose mengejutkanku. Aku melihat senyum mengembang di wajah Mrs. Rose saat dia menggodaku. Aku balas tersenyum dan merasa rileks. Semula aku membayangkan betapa tidak enaknya bila bekerja sama dengan seseorang yang kaku serius sepanjang waktu. Mendapati Mrs. Rose ternyata memiliki rasa humor, sungguh menyejukkan hatiku. “Mrs. Rose, aku merasa sangat kecil melihat orang-orang dengan bakat luar biasa seperti ini. Sungguh suatu kehormatan bagiku untuk bisa berinteraksi langsung dengan mereka, walau dalam hatiku sendiri aku merasa takut juga.” “Itu baru sebagian, Moi. Masih banyak penghuni lainnya dengan bakat mereka masing-masing yang berbeda dan unik.”
Klik! Gambar berubah. Kali ini menampakkan seorang anak laki-laki. Aku menebak, mungkin seusia pelajar SD. “Namanya Ronald. Panggilannya Ron. Umurnya 11 tahun. Anak ini mengidap gangguan ADHD alias anak hiperaktif. Ia punya bakat indigo. Ia bisa melihat aura dan hal-hal mistis secara nyata. Saat menjalani terapi, terapisnya dikejutkan oleh bakatnya. Pada pandangan Ronald, tubuh manusia terdiri dari spektrum warna, selain nampak secara fisik. Ia bisa mengatakan bahwa terapisnya punya suatu penyakit di perutnya karena di pori-pori tubuh di area itu mengeluarkan kabut pucat berwarna hitam keabu-abuan.” Mataku mengerjap, teringat sebuah film science fiction yang mana tokoh aliennya memiliki kemampuan seperti Ronald. Aku sungguh tidak mengira, bahwa ada orang sungguhan yang memiliki kemampuan seperti itu, dan sebentar lagi aku akan berjumpa dengannya. “Ronald juga mampu melihat dunia lain sejelas dunia nyata.” ujar Mrs. Rose. “Maksudnya anak ini bisa melihat roh-roh yang bergentayangan?” aku keheranan. Mrs. Rose mengangguk. “Lalu, mengapa anak sekecil ini bisa ada di Chimera, Mrs. Rose?” tanyaku. “Bukankah anak yatim dan orang terlantar dipelihara oleh negera, Moi? Ronald dianggap tidak bisa diatur oleh keluarganya. Anak ini impulsif, tantrum dan dianggap terlalu aneh untuk ukuran anak normal. Seluruh keluarganya merasa bisa hancur bila mempertahankan Ronald dalam keluarga, maka negara mengambil alih pemeliharaannya. Tentu alasan utama yang sebenarnya kamu sudah tahu kan, Moi?” jelas Mrs. Rose. Aku mengangguk, “Ronald merupakan obyek bagus untuk penelitian anak indigo. Tentunya semua ini demi kepentingan militer.” "Oh, good girl. Kau sangat pandai, Moi. Okey kita lanjutkan ya," puji Mrs. Rose.
Klik! Layar LCD menampakan seorang pria muda berkacamata, mengenakan pakaian kemeja lengan panjang yang rapi, vest rajut yang senada dengan kemejanya, dan raut wajahnya menunjukkan kecerdasan atau kutu buku. “Namanya Jeff. Julukannya Jeff The Hacker. Umurnya 22 tahun. Ia jenius di bidang komputer. Ia dulunya mahasiswa yang meretas jaringan komputer inteligen dan badan keamanan nasional. Demi keamanan negara, ia diambil oleh negera dan disembunyikan di Chimera. Dialah satu-satunya orang yang bisa mengakses komputer satelit di pulau Chimera.” Duuh, ada juga yang jagoan komputer di pulau itu dan kecerdasannya di atas rata-rata. Sayangnya memiliki riwayat perbuatan kriminal di masa lalunya. Sebentar lagi aku akan berada di antara orang-orang berbakat ini. Umur mereka tidak jauh dariku. Aku berharap kami bisa bersahabat baik nantinya.
Klik! Gambar di LCD menampakkan seorang pemuda kurus ramping, berbibir tipis yang merengut. Bibirnya setengah terbuka. Tulang pipinya menonjol. Rambutnya tipis gimbal berantakan sebahu. Di atas kepalanya tidak tumbuh rambut, sepertinya kebotakan melanda bagian atas kepalanya. Dan anehnya, saat aku amati, ternyata pemuda ini tidak mempunyai alis dan bulu mata. Giginya renggang kehitaman. Saat melihat tampilan giginya, aku teringat slide waktu aku kuliah tentang gangguan terkait dengan pecandu narkoba jenis kokain. Wajahnya mengingatkanku akan anggota geng motor yang senang membuat keributan di jalan-jalan. Berani, masa bodoh serta sorot matanya nampak seperti orang mengejek, liar. “Dan ini Rado. Usianya 18 tahun. Di balik penampilannya yang mirip gembel, ia memiliki kemampuan elektrokinesis, alias mampu menimbulkan energi listrik dari tubuhnya. Lebih dari setahun yang lalu , saat wanita yang disukainya mengadakan pesta ulang tahun, ada seorang pemuda yang membuatnya cemburu. Rado membuat kekacauan dengan elektrokinesisnya. Pemuda malang yang membuatnya cemburu itu dipanggang oleh Rado dengan kemampuan elektrokinesisnya.Dalam kemarahannya, Rado juga membakar habis restaurant, tempat ulang tahun gadis itu dirayakan. Beberapa orang menjadi korban meninggal di sana. Mereka terbakar karena terjebak kebakaran yang ditimbulkan oleh Rado. Namun karena kemampuan seperti Rado ini langka, maka pemerintah membarter hukuman mati Rado dengan mengasingkannya ke pulau Chimera, Moi.”
Aku menutup mulutku dengan tangan. Aku sungguh terkejut. Rado ini... ia kejam dan menakutkan. Mampukah aku menghadapi orang seperti Rado ini? Di balik tampilan a la gembel ternyata tersimpan sifat sadistik. Aku juga teringat berita tentang kejadian lebih setahun lalu saat sebuah restaurant terbakar habis, dimana ada muda mudi sedang merayakan pesta ulang tahun dan dinyatakan oleh polisi bahwa korsleiting penyebabnya... oh, rupanya Rado penyebabnya. “Karena hal itulah Rado masuk di pulau Chimera kita." sambung Mrs. Rose. "Kau tentu bisa membayangkan bagaimana jadinya dunia ini bila orang seperti Rado berkeliaran di jalan-jalan lalu semisal tersenggol pengguna jalan lain, kemudian tersulut emosinya bukan? Hukuman mati layak untuknya, namun perbuatannya sulit dibuktikan di pengadilan. Hukum akan sulit mempercayai bahwa kemampuan Rado seperti ini nyata, pihak militer mengintervensi, pers tidak boleh memberitakan bahwa Rado yang menyebabkan kebakaran, polisi tidak boleh melanjutkan penyelidikan, maka sebagai kompensasi hukuman mati Rado dibawa ke pulau Chimera," tambah Mrs. Rose memecah pikiranku.
“Selanjutnya, aku rasa kau bakal ngefans dia, Moi. Dia seorang doktor psikologi,” gurau Ms.Rose. Aku terhenyak, badanku sampai terdorong ke depan, tak terasa mulutku terucap, ”Doktor psikologi??” Pikiranku berkecamuk bagaimana mungkin seorang doktor dengan jurusan yang sama denganku ada disitu? Aku rasa bakal banyak kesamaan antara diriku dengan dirinya karena bakat dan minat yang tinggi pada psikologi. Klik! Suara panel yang dipegang Mrs. Rose mengejutkanku. Seorang pria tegap, bertubuh besar berotot, nampak di layar LCD. Sorot mata pria itu tegas dan seperti mengancam. Bentuk rahangnya kokoh persegi. Jenis pria yang berbahaya. Aku jadi teringat tokoh-tokoh antagonis dalam fim-film action yang pernah ku tonton. “Namanya Vicko Sunhelin, desersi marinir. Keahlian beladirinya sangat tinggi, bahkan seorang trainer beladiri terbaik saat dulu. Namun karena komandan kesatuan Vicko bertentangan prinsip dengannya, maka Vicko memutuskan pergi dari ketentaraan dan melarikan diri dari kesatuannya. Statusnya desersi saat itu. Beberapa prajurit berusaha menangkap dia, namun tewas karena kemampuan beladiri Vicko. Karena telah desersi dan menyebabkan beberapa dari tim penangkapnya gugur, maka Vicko dinyatakan sebagai orang yang tidak beridentitas, dianggap telah tewas saat itu, dan tentu saja ini merupakan rahasia negara. Vicko juga sarjana biologi.Dia bisa menggunakan materi biologi seperti spora, lumut, tanaman-tanaman menjadi senjata biologi. Teralis di sel Vicko di pulau Chimera sudah beberapa kali dibiakkan jamur yang bersifat korosif dan membuat teralis menjadi lapuk. Untunglah percobaan melarikan dirinya sejauh ini dapat digagalkan oleh kami.” Doktor psikologi? Marinir? Orang yang tidak beridentitas? Sarjana biologi ? Ahli dan trainer beladiri militer terbaik? kepalaku menjadi pusing saat mendengar info bahwa begitu hebat dan kompleksnya tentang seorang Vicko Sunhelin... “Bagiku Vicko ini seperti dewa Mrs. Rose. Kemampuannya sungguh luar biasa.” aku memuji pria dengan kemampuan hebat itu. “Tidak Moi. Vicko bukan dewa. Dia seorang yang sangat pandai, IQ Vicko 162.Itulah yang menyebabkan dia sangat pandai dengan berbagai kemampuannya. Tapi dia punya sifat psikopat. Ahli bela diri yang sangat taktis, handal dengan berbagai keahlian beladiri , baik dengan tangan kosong maupun penggunaan senjata. Bahkan tulang musuh yang akan dipatahkan oleh dia dapat diprediksi dengan tehnik apa olehnya.” Waduh, dengan presentasi tentang Vicko ini, aku kira sosok Rado adalah sosok paling bengis, ternyata Vicko orang yang paling mengerikan di Chimera, pikirku. "Okay ,Moi ? Aku lanjutkan ya."
Klik! Gambar LCD menunjukkan seraut wajah pria bertubuh agak kurus, namun tegap berotot nampak liat berurat, berkumis, kulitnya coklat kehitaman, nampak rambutnya berantakan dan awut-awutan, mungkin tidak pernah terbilas shampoo berhari-hari. Sorot matanya tanpa ekspresi, sekilas pikiranku mengatakan bahwa ia mirip orang gila yang berkeliaran di jalanan. “Ini Leman. Usianya 50 tahun. Mantan tentara. Keahlian bertempur Leman adalah berkelahi dengan jurus binatang. Ia bisa bertarung dengan jurus harimau, jurus ular, jurus monyet, jurus rajawali dan lain sebagainya. Leman saat ini sering mengalami trance, karena labil jiwanya sejak motor yang dinaiki istri dan anaknya tertabrak bis di depan rumah dinas mereka. Istri dan anaknya meninggal di tempat. Leman mengalami PTSD, Post traumatic stress disorder. Leman muda menghabisi sopir bis itu dengan sekali tembakan, walau sopir tersebut sudah bersimpuh memohon maaf pada Leman, namun emosi sesaat yang memuncak membuat Leman lepas kontrol. Akibat perbuatannya Leman dikeluarkan dari kesatuan tentara. Ia pun semakin depresi. Ah ya, Leman punya ilmu fakir. Kamu tahu fakir, Moi?” Aku mengangguk. “Fakir? Oh iya ya... Fakir itu seperti orang kesurupan yang bisa makan pecahan beling, lalu berdiri diatas paku-paku tajam tanpa terluka itu kan Mrs. Rose?” Mrs. Rose mengangguk. “Leman bisa makan sampah, tapi ia tidak sakit perut. Telanjang , namun tidak masuk angin. Ia juga pernah tidak mau makan, berhari-hari tapi tidak lapar. Sering kehilangan orientasi diri. Ia seperti orang gila yang tidak kenal lelah. Seperti itulah kondisi Leman.” Leman yang malang. Kehilangan anggota keluarganya di depan mata kepalanya sendiri, belum lagi kehilangan jabatannya dalam satu peristiwa yang tidak sana sekali tidak terduga olehnya. Kepalaku menjadi pusing akibat terlalu banyak hal yang baru dan mengejutkanku. Presentasi Mrs. Rose tadi menampilkan beragam fenomena metafisika yang sekilas pernah kubaca dan juga kupelajari di buku psikologi serta literatur, namun sekarang, semuanya itu nyata tersaji di hadapanku. Aku mendapati semangatku meningkat. Aku akan berinteraksi dengan mereka semua dalam waktu dekat. Mereka semua pribadi-pribadi nyata dengan kemampuan hebat masing-masing. Sayangnya mereka juga memiliki gangguan kejiwaan yang berbeda satu sama lain. Mengingat hal tersebut kepalaku berkedut, pening. Suara Mrs. Rose terhenti.
Wanita itu menatapku. Kelihatannya dia memberi jeda padaku untuk sejenak santai. Matanya indah mirip kucing Persia. Di balik kacamata bulat berlensa tipis memandangku, nampaknya dia mengerti, bahwa aku butuh waktu untuk memahami presentasinya. Aku balas menatapnya seolah tak sabar ingin mengetahui presentasi selanjutnya. Seperti biasanya, rasa ingin tahuku selalu menerobos meminggirkan rintangan, walau kepalaku terasa seperti mengambang. “Lanjuut Mrs. Rose," pintaku.