Rana sedang sibuk menilai hasil kerja dari murid-murid yang les hari itu saat Eva, guru dari kelas les matematika, memasuki kelasnya dengan cepat.
"Miss Rana! Ke Choco Lab yuk!" kata Eva dengan cepat.
Rana mendongak dari tumpukan kertas gambar dan memandang Eva dengan bingung.
"Hah? Kolaps? Apaan tuh?"
"Ihhh... Miss Rana maahh... Choco Labs, bukan Kolaps!" kata Eva gemas.
"Mau gak? Yuk? Soalnya aku mau beli roti tawar. Di sana roti tawarnya enak dan lembut. Kalau udah malam begini, biasanya didiskon. Nanti dari sana aku baru dijemput sama suami aku. Aku ga mau ke sana sendirian miss. Mau ya temani aku?"
Rana melirik jam dinding. Jam menunjukkan pukul enam empat puluh tiga. Rana kembali menoleh ke arah Eva.
"Boleh, tapi aku beresin ini dulu ya," Rana menunjuk pada tumpukan kertas di hadapannya.
"Tapi jangan lama-lama loh! Cepetan ya, takut keburu habis! Bentar lagi juga kita kan tutup," kata Eva lalu duduk di depan Rana.
"Miss Eva ga dijemput sama suaminya hari ini?" tanya Rana. Eva mendengus sebal.
"Nggak. Hari ini dia lagi kumpul sama teman-teman kantornya,"
"Ohh.. Ada acara apa?" tanya Rana. Eva mendecakkan lidahnya tidak suka.
"Mobar ML," gerutunya sebal. Rana tertawa kecil.
"Udah belum miss?" tanya Eva tidak sabar.
"Tinggal 2 lembar lagi. Miss tunggu aku di bawah. Lima menit lagi aku turun kok," janji Rana.
"Oke," sahut Eva dan beranjak pergi, meninggalkan Rana sendirian.
Rana menilai lembaran terakhir, kemudian menumpuk semua lembaran menjadi satu. Rana memasukkan kursi ke dalam meja dan merapikan barisan meja. Lalu ia mengedarkan pandangan ke seluruh kelas. Tidak ada peralatan gambar yang masih tercecer di atas meja dan lantai. Setelah memastikan kelasnya rapi, Rana memasukkan tempat pensil dan botol minumnya ke dalam ransel, mengambil jaketnya dari balik pintu kelas, mematikan lampu dan pergi menyusul Eva yang sudah menunggunya di bawah.
*****
Rana memandang toko Choco Lab (menurut Eva) terkenal itu. Tokonya tidak berbentuk toko seperti pada umumnya, tapi seperti sebuah rumah minimalis dengan dua lantai.
Pagar rumahnya berbentuk pagar lipat, yang terbagi dua, dan dilipat rapi di kanan kiri rumah. Halamannya panjang, dipenuhi kerikil kecil dan sebuah mobil mercedes berwarna hitam mengkilap terparkir di depannya. Di antara teras dan halaman, dibatasi oleh barisan anggrek tanah dan pagar kayu.
Rana memarkirkan motor matik tuanya di sisi lain halaman yang di dekatnya ada tanda parkir motor. Setelah memastikan motornya terkunci, ia menyusul Eva yang sudah masuk ke dalam Choco Lab terlebih dahulu. Saat membuka pintu, Rana mendengar suara gemerincing bel.