Chococinno Lover

nuri dhea s
Chapter #3

Ojek Paradise

Langit jingga baru saja menghitam kala Seara tiba di pangkalan ojek 123 TARIK MANG. Motor merah hitam langganannya langsung menuju ke arahnya untuk menyambut majikannya.

           “Tumben, cepet, Non.” Suara bariton yang familiar mulai menyapanya dari balik helm pengemudi motor tersebut.

           “Alaaa, Bang Ojek. Dah aku bilang nggak usah pake non non segala dech. Panggil aja Seara. Lagian Kamu kan cuma tukang ojek. Nggak usah ngomong aja sekalian” Seara cemberut.

           “Baik, Mbak. Maaf kalo saya lancang. Mbak kan langganan saya. Saya mencoba menjalin percakapan dengan Mbak. Bukan maksud saya kurang ajar sama Mbak.” Dito berkata muram.

           Seara menghela napas. Dito emang keren, tapi tetep aja dia tukang ojek. Memang, sich walau tukang ojek, Dito itu keren banget. Wah kalo yang ini, kulitnya cerah. Nggak gelap kayak Paijo. Pokoknya setaraf dech gantengnya. Aduh, kebaikan apa di masa laluku sehingga hidupku akhir-akhir ini dikelilingi orang-orang ganteng? Tapi, tetep. Dito cuma tukang ojek. Nggak sudi deh gue berusaha deket sama Dito. Lamun Seara di balik punggung Dito sambil mengeryitkan kening.

*

 

 

 

Siapa yang tidak kenal Dito di Kompleks Rumah “Duta Langit”? Memang dia Cuma ngekost di salah satu rumah dalam kompleks itu. Tapi profesinya sebagai tukang ojek tampan membuatnya cepet terkenal di kalangan ibu-ibu dan gadis remaja. Bahkan bapak-bapak yang tinggal di kompleks tersebut cukup akrab dengan Dito. Jangan salah ya, walaupun dia tukang ojek, tapi dia pintar luar biasa. Ya, memang pintar. Karena Dito adalah Mahasiswa Teknik Mesin semester akhir di Universitas Mercusuar di daerah Tangerang. Karena tingginya biaya skripsi, Dito mencari tambahan biaya dengan ngojek. Lumayan, kan. Sekalian untuk mengisi waktu luang di sela-sela konsultasi dengan dosen. Tokh semua kuliah wajib dan pilihan sudah selesai semua dan SKS sudah terpenuhi untuk persyaratan sidang. Dito hanya tinggal menyelesaikan skripsi, seminar tugas akhir, dan sidang.

Dito, walaupun keren dan pintar tidak gengsi menjalani profesinya yang unik. Bahkan dia dijuluki Ojek Paradise oleh para langganan jasanya termasuk orang-orang yang tinggal di Kompleks Duta Langit. Karena cara membawakan motornya yang ngebut tapi smooth, lincah tapi mengalah, aman, dan terkendali. Selain itu bagi kaum perempuan, tukang ojek keren adalah nuansa segar tersendiri. Walaupun dikagumi ibu-ibu, Dito tidak membuat para bapak kompleks menjadi cemburu. Karena Dito sopan dan dapat dipercaya. Bahkan banyak para bapak mempercayakan anak gadisnya menjadi langganan ojek paradise. Termasuk Bapak Seara. Karena jarak halte bus dan rumah Seara cukup jauh, maka dia membutuhkan jasa ojek tiap kali pulang kuliah atau magang di Konde Publishing. Karena seringkali pulang malam, bapak khawatir jika Seara diantar dengan ojek yang mangkal di halte. Itulah kisah akhirnya Seara langganan ojek oleh Dito. Selain tetangga dan udah kenal baik, Dito itu kan Ojek Paradise. Siapa yang nggak mau dianter jemput sama cowok keren, baik, pinter, ganteng, bersih, dan wangi sih? Pokoknya ngojek sama Dito serasa di Paradise dech. Oh ya walaupun begitu banyak aplikasi ojek online saat ini, Dito malah nggak ikut bergabung. Alasannya, tanpa aplikasi-aplikasian juga dia sudah kewalahan ngeladenin langganannya yang berjubel rebutan. Gaya banget emang tukang ojek satu itu. Pede abis.

*

Kala itu malam makin larut. Bulan dan bintang pun mulai bersiap ke peraduan. Hari semakin gelap menghitam. Awan mulai menyelimuti purnama. Beberapa bintang mulai membentuk rasi yang menghiasi langit pekat.

“Duuhhh. Malem banget ya gue pulang. God Help me. Di mana sih tukang ojek brengsek itu,” seara melirik cemas ke swatch yang melingkari pergelangan tangannya. Pukul sepuluh malam lewat lima belas menit.

Mata Seara tertuju pada layar Vivonya. Menanti jawaban sms dari Dito. Tapi apa yang dia tunggu, tak kunjung datang jua. Dia bergerak-gerak gelisah di tempat duduknya dan mengusap tangannya yang berkeringat. Duhh, jawab donk sms gue, awas kalo ketemu, abis tuh tukang ojek, batin Seara dalam hati. Ini adalah malam paling larut dia pulang ke rumah.

Semua karena misi perburuan buku khusus perempuan yang ada di toko buku untuk diresensi. Sebenarnya ada beberapa buku non fiksi yang dikirimkan beberapa penerbit ke Konde Publishing. Perburuan ini membuatnya lupa waktu.

“Ya ampun, ke mana sich Dito? Kok smsku nggak dibales-bales?” Seara melirik cemas ke luar jendela bus. Dia menyesal tadi kenapa nggak naik taksi aja. Aduh lain kali aku mendingan naik taksi deh next time pulang selarut ini.

Perlahan bus yang ditumpangi Seara mendekat menuju halte terakhirnya. Seara beringsut mendekati pintu sambil sesekali melirik Blackberry. Nihil. Belum ada pesan masuk. Kala Seara turun dari bus, beberapa tukang ojek langsung mengerumungi tubuh mungilnya. Seara langsung menggeleng-geleng lemah.

Lihat selengkapnya