Choice

Resa ristiani
Chapter #1

1. Pernyataan Cinta

Gadis itu menopang dagunya dengan malas. Tangan kanannya sibuk mengaduk-aduk minuman yang sudah dia pesan sejak 30 menit yang lalu. Sesekali dia melihat layar ponselnya, tak ada satupun notifikasi yang muncul.

"Ini dia mau ngerjain gue apa gimana sih, gak tau apa PR gue segudang. Belum lagi tugas OSIS."

Baru saja bibir manisnya selesai bergerutu, orang yang dia tunggu akhirnya datang. Bukannya merasa bersalah, cowok berseragam putih abu itu malah menunjukan cengiran kudanya.

"Udah nunggu lama ya Ray?"

"Menurut Lo?" Gadis itu menajamkan tatapan matanya. Bagaimana bisa Rangga datang tanpa rasa bersalah setelah membuatnya menunggu dan membuang waktunya yang sangat berharga.

"Iya-iya maaf deh, tadi gue mampir dulu ke toko bunga jadi lama." Rangga mengeluarkan sebuket bunga dari ransel hitam yang menempel dipunggungnya.

"Nih buat Lo."

"Apaan nih?"

"Naraya Arletta, Lo itu kan ketua osis, juara umum pula. Masa gak tau itu apaan."

Raya memutar bola matanya. Jangankan dia, anak kecil saja sudah tau jika buket didepannya adalah bunga.

"Gue juga tau kali itu bunga, maksud gue dalam rangka apa Lo ngasih gue bunga?"

Rangga menarik napas panjang, dia rasa ini memang saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaanya selama ini. Perasaan yang sudah dia simpan rapat-rapat selama dua tahun.

"Eum, anu...gu...gue."

Raya hanya diam memperhatikan Rangga yang sibuk merangkai kata dan mengumpulkan keberaniannya. Sebenarnya Raya sudah bisa membaca apa yang akan dikatakan Rangga, hanya saja dia tak mau mendahului. Lagipula dia berharap perkiraannya salah.

"Gue suka sama Lo. Lo mau gak jadi pacar gue?" Akhirnya kata-kata itu meluncur dengan mulus dari mulut Rangga. Kata-kata yang selalu Raya khawatirkan selama ini, kata-kata yang tidak mau didengarnya dari mulut Rangga.

"Udah lama gue nyimpen perasaan sama Lo, dan baru sekarang gue berani ngomong," ucap Rangga lagi. Raya terdiam, dia bingung harus menjawab apa. Menolaknya langsung?Raya tidak sejahat itu. Menerimanya? Raya akan lebih jahat jika menerima cinta Rangga, dia tahu ada yang lebih mencintai Rangga. Raya tahu akan ada hati yang terluka jika dia menerima cinta Rangga.

"Ga, gue boleh minta waktu gak?"

"Waktu?"

"Iya, gue gak bisa jawab sekarang. Gue harus pikir-pikir dulu, soalnya yang suka sama gue kan banyak, malahan lebih ganteng dari Lo."

"Serius?" tanya Rangga tak percaya.

"Bercanda kali. Emang siapa sih yang suka sama cewek kek gue." Raya beranjak dari kursi yang sedari tadi dia duduki. Dia tak bisa lama-lama lagi bersama Rangga, dia harus segera pergi sebelum Rangga mengatakan hal-hal lain yang tidak ingin dia dengar.

"Gue balik ya, tugas OSIS lagi banyak nih."

"Mau gue anter?" tanya Rangga.

"Gak usah, gue bawa mobil." Setelah menggendong ransel sekolahnya Raya buru-buru pergi meninggalkan kafe.

"Semoga jawaban Lo bikin gue seneng Ray." Rangga menatap kepergian Raya. Entah kenapa melihat punggungnya saja Rangga sudah tergila-gila pada Raya. Bagi Rangga, Raya adalah satu-satunya wanita yang dia sukai, tak ada yang lain.

***

Raya melempar ransel yang sejak tadi dia bawa begitu saja keatas kasur disusul tubuhnya yang kini menatap langit-langit kamar. Dia bingung apa yang harus dia katakan nanti pada Rangga. Alasan apa yang harus dia katakan untuk menolak cinta Rangga.

Lihat selengkapnya