"Pokoknya hari ini gue gak boleh ketemu Rangga! Iya gue harus ngumpet, gue gak boleh menampakan wajah cantik gue ini didepan Rangga." Raya mengoceh sendiri di parkiran. Sudah 10 menit Raya sampai tapi dia belum berani keluar dari mobil. Dia masih menunggu Rangga menyimpan motornya di parkiran.
Pucuk dicinta Rangga pun tiba, motornya datang dan berhenti persis di samping mobil Raya. Untung saja Raya menutup rapat-rapat kaca mobilnya, jadi Rangga tidak akan tahu jika mobil itu masih ada isinya. Sekilas Raya melihat Rangga tersenyum seraya menatap mobilnya. Setelah itu dia pergi meninggalkan parkiran.
"Emang kalo orang jatuh cinta gitu ya, pagi-pagi udah ngajak mobil senyum," gumam Raya. Dia keluar dari mobil dengan jaket hoodie hitam. Tak lupa dia menutup kepalanya dengan topi sekolah.
Raya berjalan terburu-buru tanpa menghiraukan orang-orang disekelilingnya. Kelas XII yang terletak dilantai paling atas membuatnya harus ektra cepat berjalan.
"Nunduk Ray nunduk, lo gak boleh tengok kanan tengok kiri."
Brugh
Raya menyimpan tasnya asal diatas meja. Napasnya masih sedikit bergemuruh, karena berlari menaiki tangga. Suasana kelas masih sepi, karena memang jam dinding masih menunjukan pukul 06.30. Seolah sudah menjadi tradisi, kelas XII IPA, IPS, maupun Bahasa baru akan ramai lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi.
"Ray!"
Deg..
Jantung Raya hampir copot mendengar suara berat seorang pria dari arah pintu kelas. Dia menoleh perlahan untuk memastikan siapa orang yang memanggil namanya.
"Lo bikin gue jantungan," ucap Raya ketika dia mendapati Raden berdiri di ambang pintu.
"Perasaan gue manggil lo biasa aja gak ngagetin. Aaah.. Lo lagi dikejar-kejar orang ya?" tanya Raden dengan senyuman menyeringai layaknya detektif yang akan mengintrogasi.
"Apaan, nggak!"
"Eh ya Ray, gue ada kabar buruk nih," ungkap Raden yang kini berdiri disamping Raya.
"Lo putus sama pacar? Atau lo dihukum lagi sama Bunda lo gara-gara nilai ulangan lo 99,9?" tebak Raya.
Fyi,
Raden adalah rival Raya disekolah. Nilainya dan Raya selalu berbeda tipis, meskipun akhirnya selalu Raya yang meraih juara umum, tapi kepintaran Raden tidak bisa diragukan. Raden juga menjabat sebagai wakil ketua OSIS disekolah.
"Bukan, bukan itu."
"Terus?"
"Kita bakal kehilangan bendahara OSIS kesayangan kita," ucap Raden.
"Maksudnya?"
"Ayahnya Fika pindah dinas keluar kota, jadi si Fika juga mau ikut dan pindah sekolah katanya," ucap Raden menjelaskan.
"Ih serius lo? terus yang pegang uang sekarang siapa?" Raden hanya mengangkat bahu untuk menjawab pertanyaan Raya. Setahu dia anggota OSIS lain tidak akan ada yang mau jika disuruh memegang uang, dengan alasan-alasan tertentu.
"Yaudah nanti pulang sekolah bilangin deh sama anggota OSIS rapat bentar," perintah Raya.
"Selamat pagi semuanya!" sapa Melani dengan suara cempreng khasnya. Dia datang bersama Ulfa.
"Itu suara gak bisa kecilin dikit?" tanya Raden heran.