Di sisi lain Riya duduk terdiam di mobil sementara Dayat asyik menyenandungkan lagu sembari menyetir. Dalam hati Riya di liputi rasa bersalah, sudah benarkah pilihan yang di ambilnya kini.
Ini bukan saja tidak mudah bagi Hervian tapi juga untuk dirinya sendiri. Kenangan kebersamaan mereka seolah berputar dalam benaknya bagai kaset film yang sedang diputar.
“Kamu kenapa Ri, kok dari tadi diam saja kamu menyesal memilih aku meninggalkan suami kamu yang nggak becus itu?"ujar Dayat menatap Riya curiga.
“Jangan bicara seperti itu Day, aku ada di sini kan sekarang? sama kamu bukankah ini sudah membuktikan kalau aku sudah memilih jalan ini dan aku tidak menyesal. Nggak perlu bawa - bawa nama Hervian segala."
Riya memandang keluar jendela menghindari tatapan tajam Dayat.
“Kamu sendiri yang mengungkit Ri, buktinya sekarang kamu masih membela dia, aku nggak suka itu kamu milik aku sekarang!"
“Kamu ini apaan sih Day, bukan aku membela Hervian. Tapi memang sudah sepatutnya kamu tidak berbicara seperti itu tentang dia. Hervian hanya korban di sini, kitalah pendosanya jangan membebani dia lagi. Sudah cukup menyakitkan buat dia menerima semua ini,"ujar Riya tegas.
Bisa-bisanya dia menyalahkan Hervian saat dirinya sendiri adalah pendosanya.
“Lihat kamu masih membela dia lagi sekarang. Semakin membuktikan bahwa kamu masih ada perasaan untuknya!" sentak Dayat marah.
Dan menghentikan mobilnya secara mendadak.
“Sudah cukup Day, aku nggak mau memulai pertengkaran dengan kamu jangan di bahas lagi intinya aku sudah di sini sama kamu sekarang. Aku nggak mungkin kembali sama Hervian. Karena aku sedang mengandung anak kamu, aku hamil Day. Satu bulan, anak aku sama kamu karena terakhir aku melakukan itu sama kamu, Hervian sudah tidak pernah menyentuh aku sejak aku mengalami keguguran," ujar Riya menatap Dayat sedih mengamati reaksinya.
“Kamu hamil?" ucap Dayat dengan mata berbinar senang.