Riya menatap halaman depan rumahnya yang terlihat sepi, dalam hati merasa sangat cemas akan reaksi kedua orang tuanya serta sang adik Shania.
“Semua akan baik – baik saja Ri, ayo kita masuk," ujar Dayat mengenggam tangan Riya mencoba menguatkannya.
“Aku takut Day, aku sudah sangat mengecewakan mereka,”ucap Riya tertunduk sedih.
“Ri coba lihat aku, kamu nggak perlu takut ada aku di sini kita coba dulu dan lihat hasilnya. Kita hadapi ini sama – sama oke."
Riya mengangguk pelan keluar dari mobil dan berjalan menuju rumah, di sana sudah berdiri kedua orang tuanya serta sang adik di depan rumah.
“Kamu masih berani kembali ke sini, setelah apa yang kamu lakukan!" ujar sang Ibu berteriak marah.
“Bu Riya bisa jelaskan semuanya.”
“Nggak perlu, ibu sudah tahu semua bisa – bisanya kamu berbuat seperti itu dan dengan beraninya membawa pria ini datang ke sini. Ibu malu Ri, mau taruh di mana wajah kami saat bertemu dengan keluarga Hervian, lebih baik kamu pergi darisini sekarang juga!”
“Bu, Riya mohon jangan usir Riya dari dari sini. Riya tahu apa yang sudah Riya lakukan salah maafkan Riya Bu,” ujar Riya Memohon bersimpuh di kaki sang Ibu.
"Pak, Dek, tolong bujuk ibu," ujar Riya memohon.
Menatap Ayah dan adiknya yang berdiri diam di samping sang ibu mengacuhkannya.
"Sekarang kamu pilih kami atau pria itu!" tunjuk sang ibu ke arah Dayat.
“Bu, Riya nggak bisa memilih di antara kalian. Bagi Riya kalian sama pentingnya.”