CHOICE

Niar Puji Cayati
Chapter #5

TANPA IKATAN

Suara hiruk pikuk kerumunan orang yang berlalu lalang membawa berbagi tas dan bingkisan.

Suara riuh para calo yang menawarkan tiket hilir - mudik berdatangan, Riya duduk termenung di kursi tunggu terminal, menunggu Dayat membeli nasi bungkus untuk mengisi perut mereka yang belum sempat terisi sejak kemarin.

Dari jauh terlihat bayangan Dayat yang berjalan menghampiri ke arahnya.

“Nih, makan dulu biar kamu sama anak kita sehat. Maaf aku nggak bisa kasih kamu dan anak kita makanan yang layak,” ujar Dayat menyerahkan bungkusan nasi dan air mineral yang dia bawa.

“Nggak apa – apa kok Day, ini juga enak,” ucap Riya membuka nasi bungkus pemberian Dayat yang berisi nasi dan beberapa lauk sederhana. Mie instan, telur rebus dan tumisan sayur buncis dan wortel.

Dalam hati Riya memendam semua keluh kesahnya tetap tersenyum dan tegar di hadapan Dayat. Ini adalah pilihannya dia tidak boleh mengeluh meski semua terasa terbalik180 derajat dari kehidupannya dulu.

“Kenapa cuma beli satu Day?kamu nggak makan?”

“Aku nggak lapar, nanti saja yang terpenting kamu sama calon anak kita nggak kelaparan,” ucap Dayat menunduk menghindari tatapan Riya.

“Kamu juga harus makan Day, jangan bohong mana mungkin kamu nggak lapar keadaan kita saat inimemang sulit. Jangan menahannya sendiri Day. Sini aku suapin,” ujar Riya mengulurkan tangan menyuapi Dayat.

“Aku merasa sangat tidak berguna Ri, sebagai lelaki seharusnya aku bertanggung jawab memberi kamu dan calon anak kita kehidupan yang layak. Tapi lihat sekarang aku nggak bisa apa – apa kita nggak tahu pasti ke mana tujuan kita saat sampai di Bali nanti. Semakin aku memikirkannya semakin aku merasa bersalah sama kamu. Harusnya nggak seperti ini."

“Sudahlah Day, jangan menyalahkan diri kamu sendiri semua sudah terjadi nggak perlu di sesali lagi kita hanya bisa maju dan terus berusaha melewati ini semua sama – sama."

“Apa kamu tidak menyesal Ri, memilih aku bukan Hervian kalau kamu memilih bersamanya setidaknya kamu tidak akan terlunta – lunta seperti ini,” ujar Dayat mengaruk kepalanya frustrasi.

“Jangan pernah berkata seperti itu Day, aku tidak menyesal memilih kamu dan aku juga nggak keberatan ada di sisi kamu meski dalam keadaan seperti ini. Aku hanya menyesali keadaan aku yang bagai seorang pendosa. Aku masih sah sebagai istri Hervian justru pergi meninggalkannya kabur bersama kamu. Dan kita menjalin hubungan tanpa sebuah ikatan pasti layaknya suami istri aku nggak tahu lagi apa sebutan dari hubungan kita ini Day peselingkuh kah atau apa?" ujar Riya menunduk sedih.

Dayat hanya terdiam tidak menanggapi. Jujur dia juga merasakan hal yang sama. Seperti apakah hubungan mereka saat ini mereka bersama layaknya pasangan kekasih namun hubungan mereka lebih dari sepasang kekasih. Suam istri kah itu juga bukan, nyatanya mereka belum menikah dan Riya masih sah sebagai istri Hervian.

Hubungan ini terasa begitu rumit dan mencekik, terlebih sekarang Riya sedang mengandung anak mereka. Dia takut tidak bisa memberi status yang jelas untuk anaknya kelak.

Tak lama terdengar suara pengumuman keberangkatan dengan tujuan kota Bali.

“Ayo Ri sini biar aku saja yang bawa," ujar Dayat mengambil alih tas bawaan Riya dan menggandengnya menuju Bus yang akan mereka tumpangi.

Setelah menaruh barang bawaan mereka dan memastikannya aman Dayat duduk di samping Riya.

“Ini minum dulu, pelan – pelan awas tersedak," ujar Dayat mengingatkan.

Riya menerima air pemberian Dayat meminumnya sedikit.

“Apa ada yang sakit atau nggak nyaman Ri?"

“Aku nggak apa – apa Day, tenang saja,” ujar Riya tersenyum mengenggam tangan Dayat.

“Syukurlah, kalau kamu merasa nggak nyaman atau apa kasih tahu aku ya Ri, aku nggak mau terjadi apa – apa sama kamu,” ucap Dayat khawatir.

Lihat selengkapnya