Tak lama terdengar suara pintu terbuka memperlihatkan sosok Dayat yang terlihat kuyu lemas tampak tak bersemangat. Pakaian yang tadi pagi rapi kini terlihat kusut Dayat menggulung kemeja lengan panjangnya sampai ke siku, membawa beberapa bungkusan makanan, buru –buru Riya berdiri menghampiri.
“Kamu nggak apa -apa kan Day, kok kelihatan lemas gitu kamu pasti kelelahan duduk dulu?” ucap Riya menyodorkan air mineral yang langsung di minum oleh Dayat.
“Aku nggak apa – apa kok sayang, maaf ya sudah buat kamu cemas tadi handphone aku mati kehabisan daya, jadi nggak bisa menghubungi kamu. Oh ya kamu pasti lapar ini aku belikan nasi goreng kamu makan dulu aku mau ganti baju gerah.”
Riya diam tidak menanggapi menyiapkan makanan yang di bawa oleh Dayat sembari menunggunya berganti pakaian dan makan bersama, dia akan menanyakan semuanya nanti meski dalam hati segala pertanyaan berkecamuk ingin di utarakan.
“Day ayo kita makan sama –sama, aku nggak bisa makan kalau tidak di temani anak kita juga ingin makan bersama Ayahnya," ucap Riya mendengar perkataan Riya rasa lelah yang menghinggapinya seolah terhempas hilang.
“Benar itu Nak, kamu ingin makan sama mama dan Ayah." ucap Dayat mendekati Riya mengusap perut Riya sekilas tersenyum senang.
Hari ini benar – benar terasa berat mencari pekerjaan di sini ternyata sama sulitnya seperti di kota asalnya Sidoarjo. Tadinya dia sudah akan mendapatkan pekerjaan jadi sales motor di tempat tetangga sebelah mereka bekerja namun gagal karena lowongan yang ada telah terisi, akhirnya dia harus berkeliling mencari pekerjaan sampai sore menjelang, merasa sangat tidak berguna sebagai seorang pria bagaimana dia akan pulang dan apa yang akan dia katakan pada Riya. Dia pasti akan sangat kecewa mereka membutuhkan banyak uang untuk bertahan hidup di sini membayar uang kost dan keperluan lain terlebih Riya dalam keadaan hamil dan memerlukan banyak makanan bergizi dia harus tetap berjuang demi orang yang dicintainya meski hari ini gagal dia akan mencoba lagi besok.
“Enak nggak sayang nasi gorengnya,” ucap Dayat menatap Riya yang menyantap makanannya dengan lahap terlihat sangat kelaparan dalam hati Dayat merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia fokus mencari kerja sampai lupa bahwa Riya dan anaknya kelaparan sedari tadi menunggunya pulang.
“Enak kok Day, kamu juga harus makan biar tetap sehat dan kuat kalau kamu sakit siapa yang bakal jagain aku dan anak kita di sini.” Riya tersenyum mengenggam tangan Dayat.
“Ya, ini aku makan sayang aku pasti dan akan selalu jagain kamu dan anak kita i love you.” goda Dayat mengedipkan sebelah matanya beruntungnya dia memiliki Riya, sampai kapan pun dia akan tetap mempertahankan Riya di sisinya meski dengan cara merebutnya dari Hervian katakan dia jahat atau kejam dia sama sekali tidak peduli yang terpenting adalah Riya dan anaknya bisa berdiri di sampingnya.Dia sama sekali tidak merasa bersalah telah merebut Riya dari Hervian yang menurutnya itu wajar karena Hervian telah mengabaikan Riya jadi jangan salahkan dia merebut Riya karena ada peluang, dia harus bertindak. secepatnya. Riya harus berpisah dengan Hervian agar tidak ada lagi yang membayangi hubungan mereka.
“Apaan sih Day,” ujar Riya menunduk malu dengan wajah memerah membuat Dayat terkekeh melihatnya.