CHRISTABEL QUEENZA

Basmalahku
Chapter #9

Part.8

"Semuanya akan baik-baik saja," ucapku ketika diriku sedang tidak baik-baik saja.


-Christabel Queenza


Tok tok tok

Abel mengetuk pintu ruangan dokter Fahri. Setelah mendapatkan aba-aba masuk dari dalam, Abel memutar handle pintu dan melihat dokter Fahri duduk di kursi kebesarannya.

"Dokter manggil Abel?"

"Iya, Bel. Kamu duduk dulu."

Abel duduk di kursi yang sudah di siapkan.

"Ada apa ya, Dok?"

Dokter Fahri memberikan surat yang di bungkus amplop berwarna putih kepada Abel.

"Apa ini, Dok?"

"Kamu baca dulu."

Abel membuka amplop tersebut dan melebarkan kertas isinya.

Mata Abel membulat sempurna melihat isi surat tersebut.

Iya, surat yang di berikan dokter Fahri adalah surat pernyataan bahwa Abel mengidap kanker paru-paru, sama seperti bundanya.

"I-ini ...." Abel mengatupkan bibirnya. Air matanya perlahan jatuh tanpa izinnya.

"Iya, Bel. Kamu mengidap kanker paru-paru sel kecil. Jenis kanker ini biasanya menyebar lebih cepat dibandingkan kanker paru-paru bukan sel kecil seperti yang bunda mu idap dulu. Pengobatan dengan obat-obatan lebih di sukai daripada operasi."

"Masih bisa sembuh kan, Dok?"

"Kita upayakan, Bel. Mulai sekarang kamu harus mulai pola hidup sehat, makan makanan yang bernutrisi. Jangan lupa konsultasi sama keluarga kamu. Bagaimanapun kamu pasti membutuhkan dukungan mereka."

Mendengar itu, Abel meneguk salivanya kasar.

Bagaimana dia mendapat dukungan dari keluarga, sedangkan keadaan keluarganya sudah tidak beraturan lagi.

"Kamu harus rutin chek up seminggu sekali, kontak saya masih kamu simpan, kan?"

"Iya, Dok."

"Sekarang kamu boleh pulang. Ini obat pereda nyeri, kamu boleh makan kapanpun kamu merasakan nyeri."

"Makasih, Dok. Abel permisi." Setelah memasukkan surat dan obatnya ke dalam tas, Abel pamit dari ruangan tersebut.

Setelah menemukan mobilnya, Abel langsung pergi dari sana.

Di tengah jalan, Abel melihat penjual bunga.

"Abel kangen Bunda," lirih Abel kemudian membeli bunga tersebut.


---


Abel memarkirkan mobilnya dan masuk ke area yang bertuliskan TPU.

Dia berjalan dengan lesu ke tempat peristirahatan terakhir bundanya.

Setelah menemukan nisan yang bertulis Ayunda bin Malik, Abel langsung mendudukkan dirinya.

"Assalamualaikum, Bunda. Abel kangen," lirih Abel menitikkan air mata.

"Abel bawa bunga, Nda. Semoga bunda suka."

Tiba-tiba hujan turun sangat deras bersamaan dengan tangisannya yang semakin menjadi. Abel tidak peduli, ia hanya ingin bercerita tentang banyak hal kepada bundanya.

"Bunda udah tenang kan disana, nggak sakit-sakit lagi." Abel menarik nafasnya.

"Ayah mengingkari janjinya, Bun. Ayah gagal jadi ayah yang baik semenjak ayah punya keluarga baru." Abel menangis sejadi-jadinya sambil memeluk Nisan bundanya.

Lihat selengkapnya