Pagi ini Abel berangkat lebih awal, semenjak di usir ayahnya dari meja makan, Abel selalu melewatkan sarapan di rumah. Abel menghidupkan mesin mobilnya dan berangkat untuk menjemput Charen karena mereka sudah berjanji akan berangkat bersama.
Sampai di gerbang rumah Charen, Abel membunyikan klakson mobilnya.
Tin ... tin ...
Tapi tidak ada respon apapun. Abel menghela nafasnya, "Kebiasaan ini si siput."
Abel membuka ponselnya dan, "GOOD MORNING BESTIE ...!" sapa Charen yang tiba-tiba muncul di jendela mobil.
Abel terperanjat dan handphone-nya terjatuh begitu saja mendengar teriakan Charen yang menggelegar, kemudian ia mendongak dan menatap Charen tajam,"Lo bisa nggak sih sehari aja nggak teriak-teriak."
"Yee ... di sapa bukannya jawab malah marah-marah," sahut Charen tanpa merasa bersalah.
"Ya nggak gitu konsepnya jaronah!" ucap Abel kesal.
"Udah ih, ntar gak sempat sarapan." Charen berlari mengelilingi mobil Abel menuju kursi di samping kemudi. Abel hanya menggelengkan kepalanya karena hal tersebut sudah menjadi kebiasaan Charen.
"Gue ga peduli, besok lo yang harus jemput gue," ujar Abel.
"Iya deh iya, apasih yang nggak untuk queen. Eh btw, mereka nggak nyakitin lo lagi kan?" tanya Charen.
"Nggak, Ren. Gue nggak keluar kamar satu harian. Kuncinya juga udah gue simpan. Jadi mereka udah nggak bisa ngunciin gue dari luar."
"Bokap lo kemana?"
"Kerja ke luar kota, gatau kapan balik."
"Kak Ilham?"
"Nggak tau, Ren. Gue gak keluar kamar."
"Emang kak Ilham nggak kayak mama sama adeknya?"
"Nggak, Ren. Kak Ilham baik."
"Mama tiri lo, gak nanyain lo gitu?"
"Ish, lo kenapa sih, dari tadi kayak lagi menginterogasi gue. Udah kayak polisi aja lo," kesal Abel.
"Ya pengen tau juga gue."
"Kalo pengen tau ya dateng, bukan menghujani gue pake pertanyaan polisi lo itu," sungut Abel yang di tanggapi kekehan dari Charen.
Sampai di parkiran, mereka bertemu Hendra yang tengah mengatur posisi motornya.
"Tumben bawa motor," ucap Charen basa-basi. Hendra hanya menatap Charen sekilas tanpa berniat menanggapinya dan kemudian beralih menatap Abel dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.
"Ck, dasar kulkas."
"Gue izin semalem." seolah mengerti dengan tatapan Hendra, Abel mengatakan alasan dirinya tidak masuk semalam.
"Minggu depan udah ujian, jangan keseringan izin," sahut Hendra.
Abel hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya.
"Sarapan woe," gerutu Charen dan beranjak menuju kelas diikuti Hendra dan Abel.
Ketika melewati koridor, Haikal memanggil mereka, "Gue tunggu di kantin," ujar Haikal.
"Tumben lo cepet?" tanya Charen sedikit heran. Haikal yang biasanya datang terlambat kini datang lebih awal.
"Gue sendirian di rumah, jadi gue hidupin alarm takut telat," jelas Haikal.
Abel dan lainnya hanya meng oh kan dan kembali berjalan menuju kelas. Sampai di kelas, mereka meletakkan tasnya dan kembali keluar menuju kantin.
Sampai di kantin, mereka bergabung bersama Haikal yang sudah duduk di meja favorit mereka.
Charen langsung memesan beberapa makanan dan minuman karena Charen sudah hafal sarapan favorit teman-temannya. Sambil menunggu pesanan datang mereka ngobrol dan sesekali tertawa mendengar lelucon Haikal.
Charen memandang wajah Haikal yang tengah tertawa cukup lama dan tersenyum tipis. Haikal masih terus melanjutkan candaannya tanpa menyadari Charen yang tengah memperhatikannya.
"Gue pertama kali pacaran itu kelas 2 SMP, waktu itu gue suka sama satu cewek yang bar-barnya masha Allah."
"Trus, trus?" tanya Abel.
"Hari itu cewek gue nongkrong sama temennya di taman kota, trus di samperin sama tiga orang anak gang motor gitu, waktu itukan baru pertama kali pacaran pas lagi bucin-bucinnya."
"Terus?" Abel mulai terkekeh mendengarnya.
"Dia nelpon gue bilang, sayang aku lagi di taman satria gatotkaca, di gangguin sama orang nggak jelas. Gue yang denger langsung emosi dong. Gue ajak nih temen gue buat jumpain mereka, kita dateng 6 orang."
"Kenapa ngajak temen?" tanya Abel.
"Ya gue takutlah jumpain sendiri," jawab Haikal membuat mereka tertawa kencang termasuk Hendra si kulkas.
"Nah gue sama temen gue langsung ke lokasi dong. Baru sampai di sana eh gue langsung di tonjok anjir."
"Kenapa?" tanya Abel masih tertawa sambil memegangi perutnya.
"Karna knalpot motor gue berisik." Sontak keempatnya tertawa terbahak-bahak.
"Apa katanya?" kali ini Charen yang penasaran.
"Matiin gak motor lu yang berisik itu anjing, bugh." Haikal berdiri memperagakan si pelaku sambil memukul udara.