"Ketika kamu harus bertindak baik-baik saja dan pergi tidur dengan hati yang terluka."
_Charennina.
Suara decitan pintu menyadarkan Abel yang tengah melamun di tepi ranjangnya.
Ilham datang membawa nampan berisi makan malam untuk Abel. "Makan dulu, Dek," ujar Ilham sembari meletakkan nampan di atas nakas. Ilham mulai menyuap Abel dengan telaten.
"Kak, Ilham."
"Hm, iya?"
"Kok kakak bisa tau Abel disini? Kan kamarnya gelap, pintunya juga di kunci."
"Bi Hana yang ngasih tau, Dek."
Mendengar itu, Abel hanya meng "Oh" saja dan kembali menerima suapan selanjutnya. Ilham tersenyum senang karena piring yang berisi makan malam untuk Abel kini sudah habis.
Selanjutnya Ilham mengambil tisu dan mulai membersihkan sisa darah yang mulai mengering di wajah dan tangan Abel.
"Kakak kok jarang di rumah?"
"Iya, Dek. Kakak kerjanya di bagian survei lapangan, jadi lokasinya pindah-pindah terus."
"Kak," panggil Abel dengan suara yang sangat lemah.
"Iya, Dek?"
"Makasih ya, Kak," ujar Abel tulus.
"Nggak usah bilang makasih, udah tugas kakak," lanjutnya.
Detik berikutnya keheningan mengisi ruangan tersebut. Ilham memperhatikan Abel yang tengah murung dan menatap kedepan dengan tatapan kosong.
"Dek ... ke dokter, ya?" Untuk kesekian kalinya Ilham mengatakan hal yang sama dan selalu mendapatkan jawaban yang sama juga.
"Abel baik-baik aja kok, Kak. Abel cuman butuh istirahat."
"Hm, kalo gitu, kakak nggak mau maksa, yaudah kamu istirahat ya, kalau butuh sesuatu, panggil aja, oke?"
Abel hanya mengangguk kecil dan tersenyum tipis. Setelah Ilham menghilang di balik pintu, Abel bergegas menuju laci meja belajarnya untuk mengambil obat yang biasa ia konsumsi tiap kali dadanya terasa sesak.
Setelah menelan satu kapsul obat tersebut Abel kembali menyimpannya dan merangkak naik ke tempat tidur untuk melanjutkan istirahatnya yang sempat terganggu.
10 menit ...
20 menit ...
30 menit ...
"Ayolah ...," gerutu Abel pada dirinya sendiri. Iya, Abel tidak bisa tidur sama sekali. Abel melirik jam tangannya yang menunjuk pukul 02.50 Abel menghela nafasnya kemudian beranjak dari tempat tidur menuju balkon.
Abel berdiri di pinggir balkon sembari menatap bintang yang bertaburan indah di atas sana.