"Ekspresikan apapun yang sedang kamu rasakan, tidak ada yang aneh dengan itu."
_Charennina.
Abel membuka matanya perlahan. Saat menyadari bahwa dirinya berada di ruang rawat, Abel berdecak kesal.
Mendengar decakan itu, Charen dan Haikal yang tengah berdebat langsung menoleh ke brankar yang di tempati Abel.
"Syukur deh, lo udah sadar," kata Charen berjalan menghampiri brankar yang di tempati Abel.
"Kenapa harus selalu berakhir di rumah sakit, sih. Gue belum sekarat padahal."
"Nih anak, ga ada bersyukurnya emang." Charen menatap kesal Abel.
"Bukan gak bersyukur, Ren. Gue cuman kecapean, masa harus di rawat disini?"
"Ck, mendingan lo diem. Istirahat yang cukup. Biar bisa ikut ujian."
"Gue mau pulang."
"Jangan ngaco deh, Lo. Kak Ilham bilang kalau mau pulang harus bareng dia."
"Kak Ilham kemana?"
"Ada kerjaan mendadak katanya tadi. Dia nitipin elo ama kita," ucap Haikal.
"Lo istirahat." Charen mulai mengeluarkan ponsel dari saku hoodie yang dia kenakan.
Tidak ingin berdebat, Abel mengangguk dan kembali mencari posisi yang nyaman untuk melanjutkan tidurnya.
"Kalian kalau mau pulang gapapa kok. Gue aja yang nungguin kak Ilham," kata Abel.
"Nggak." ucap keduanya bersamaan.
"Yaudah."
Abel kembali memejamkan matanya sementara Charen dan Haikal menyandarkan tubuhnya di sofa ruangan tersebut. Haikal mencari posisi yang nyaman untuk istirahat sementara Charen tengah sibuk berkutat dengan ponselnya.
Beberapa saat kemudian, fokus Charen terganggu ketika kepala Haikal bersandar di bahunya. Charen ingin berontak tetapi setelah menyadari bahwa Haikal tengah tertidur pulas, Charen memilih untuk diam. Charen menatap wajah Haikal yang tengah tertidur di bahunya. Wajah yang tampan dan tenang.
Charen menghidupkan fitur kamera dan cekrek. Charen tersenyum kemudian kembali fokus berkutat dengan ponselnya tanpa mengusik Haikal sedikitpun.
Pintu tiba-tiba di buka secara kasar, membuat seisi ruangan terperanjat termasuk Haikal dan Abel yang tengah tertidur saat itu.
Setelah pintu terbuka, Gita muncul tanpa perasaan bersalah.
"Gita, lo-" Belum sempat Haikal menyelesaikan ucapannya, langsung di potong oleh Gita.
"Lo diem," peringat Gita sambil menunjuk Haikal.
Gita mulai berjalan ke arah brankar Abel. Abel yang melihat itu langsung memutar bola matanya malas.
"Lo ngapain semalam?" tanya Gita menatap sinis Abel.
"Harusnya gue yang nanya, elo ngapain? Sama siapa? Darimana jam segitu? Habis mabuk? Habis jualan?" Abel melipat kedua tangannya di dada sambil tersenyum remeh pada Gita.
"Jaga mulut sialan lo itu. Hapus sekarang juga," peringat Gita.
"Apanya?" Abel pura-pura tidak tau.
"Nggak usah sok deh lo. Gue tau lo fotoin gue diem-diem."
"Takut ketahuan? Takut image lo rusak di depan semua orang?" Abel masih memasang wajah santainya membuat Gita semakin geram.
Sementara Charen dan Haikal tengah menyaksikan perdebatan keduanya dengan bingung. Mereka nggak tau apa yang tengah di permasalahkan oleh Gita dan Abel.
"Jangan main-main lo sama gue, sialan!" peringat Gita.
"Lo duluan yang cari masalah sama gue kalau lo lupa," jawab Abel dengan cepat masih dengan pembawaannya yang santai.
"Dari tadi gue udah sabar, yah. Hapus sekarang juga!"
"Nggak."
"Abel, lo jangan macem-macem sama gue."
"Gue kembaliin kata-kata lo," timpal Abel lagi tidak mau kalah.
Gita menghampiri Abel dan mencengkeram kuat rahang Abel.
"Gita lo jangan macem-macem!" Charen menarik Gita namun di tepis dengan kasar oleh Gita.
"Jadi gini cara lo nyelesaiin masalah? Cemen banget," ucap Abel masih dengan nada santai namun jelas saja dia tengah mengejek Gita.
Charen dan Haikal semakin dibuat tercengang dengan ucapan Abel.