"Jangan pergi ...."
_Christabel.
Perlahan Abel mengerjapkan matanya dan melihat sekeliling dengan pandangan buram.
"Abel, sayang kamu udah sadar."
Abel mengedarkan pandangannya sambil sesekali mengerjapkan matanya untuk memperjelas penglihatannya yang masih buram.
Abel meringis merasakan sakit yang hebat di kepalanya. Hingga pandangannya kembali memburam.
"Kenapa sayang? Kenapa? Masih sakit kepalanya?" Aidel mengusap rambut adiknya lembut.
"K-kak ...," panggil Abel dengan suara yang sangat pelan hampir tidak terdengar.
"Iya sayang, ini kakak." Aidel memeluk tubuh lemah adiknya.
"Sakit kak, disini sakit ...," lirih Abel sambil terus menekan kuat kepalanya membuat air mata Aidel luruh begitu saja.
"Mata Abel juga nggak bisa ngeliat dengan jelas kak." Aidel mendongak melihat keadaan adiknya. Ia melihat Abel yang tengah mengerjapkan matanya berkali-kali.
"Kakak nangis?" tanya Abel dan melonggarkan pelukan kakaknya. Aidel langsung menghapus airmata nya dengan cepat.
"Nggak kok sayang."
Abel kembali menekan kepalanya yang semakin sakit "Abel kenapa, Kak?"
Aidel mengusap rambut Abel lembut, "Kamu koma selama 3 hari, sayang."
"Ti-ga hari?" beo Abel tidak percaya.
Abel mencoba mengingat kejadian dimana Charen mendorong tubuhnya dengan sangat kencang hingga dirinya merasakan sakit dan kesadarannya seketika hilang.
"Charen gimana, Kak?"
Aidel terdiam sejenak, hingga akhirnya suara decitan pintu mengalihkan perhatian keduanya.
Seorang dokter menghampiri brankar Abel dengan dua orang suster di belakangnya.
"Sayang, kamu di periksa dulu ya sama dokter. Kakak nunggu di luar." Aidel mengusap puncak kepala adiknya dan berlalu meninggalkan ruangan tersebut.
Sementara di kursi tunggu sudah ada Haikal yang tengah duduk bersandar di kursinya.
"Makasih, Kal." Aidel menepuk Haikal pelan. Sementara Haikal hanya mengangguk sambil mempersilahkan Aidel duduk disampingnya.
Flashback on
Setelah mendengar kabar bahwa Abel mengalami kecelakaan, Aidel langsung terbang ke Jakarta dan langsung menuju rumah sakit tempat Abel di rawat.
Setelah mendengarkan penjelasan Haikal, Aidel mengusap wajahnya kasar. Sementara Haikal langsung pamit untuk pergi dan berjanji akan kembali secepatnya.
Aidel tertunduk lemah di kursi tunggu yang ada di depan pintu ICU. Selang beberapa saat setelah kepergian Haikal, Zaki datang bersama dengan Rani.
Zaki tampak terkejut melihat keberadaan Aidel disini, "A-aidel, bukannya kamu kerja, Nak?" tanya Zaki dengan terbata.
Aidel menatap ayahnya sekilas kemudian kembali tunduk tanpa berniat menjawab pertanyaan ayahnya.
Zaki bisa melihat ada tatapan kecewa dari putranya ini, "Maafkan ayah." Zaki menatap putranya dan berniat duduk di samping Aidel.
"Pergi!" kata Aidel dengan pelan tapi menekan katanya.
"Nak, ayah sungguh minta maaf-."
"PERGI!" kali ini nada bicara Aidel lebih tinggi dari sebelumnya.
"Ayo, Mas. Aidel butuh waktu untuk menenangkan pikirannya," ujar Rani sambil merangkul bahu Zaki.
"Ayah akan kembali nanti."
"Tidak perlu!" tukas Aidel.
Zaki menghela nafasnya berat kemudian memilih untuk meninggalkan tempat tersebut.
Decitan pintu ruangan tersebut membuat Aidel langsung berdiri, "Bagaimana keadaan adik saya, Dok?"
Dokter utama yang menangani Abel terlihat menarik nafasnya panjang. Jelas sekali pada raut wajahnya memperlihatkan jika mungkin kondisi Abel tidak baik-baik saja.
"Benturan di kepalanya cukup parah. Pasien mengalami gegar otak berat. Dan karena itu sekarang pasien mengalami koma."
Aidel kembali menangis mendengar hal itu,"Ma-sih bisa sembuh kan, Dok? Berapa lama adik saya akan koma, Dok?"
"Untuk sekarang, perbanyak berdoa saja." Dokter itu menepuk bahu Aidel pelan.