Siswi yang tengah melambaikan tangan kearahnya adalah Abel. Abel yang sedari tadi dia cari keberadaannya.
Alih-alih membalas lambaian tangan Abel, Hendra justru memalingkan wajahnya kearah lain. Walaupun hatinya senang, ia masih memasang wajah datarnya.
Peluit tanda pertandingan dimulai pun berbunyi, Hendra dan team nya bermain dengan sangat baik. Sesekali Hendra melirik kearah Abel dan Dinda.
Biasanya setiap menonton pertandingan team Hendra, Abel dan Charen akan selalu berteriak antusias.
Berbeda dengan sekarang Abel hanya menyaksikan pertandingan dengan wajah datarnya.
Hingga akhirnya pertandingan berakhir dengan skor yang diperoleh oleh team Hendra berbanding jauh lebih besar daripada team lawan.
Setelah pertandingan selesai, Hendra dan teamnya terus bersorak gembira merayakan kemenangannya. Hingga akhirnya seorang siswi berlari ke tengah lapangan basket untuk menghampiri Hendra dan teamnya.
Iya, siswi tersebut adalah Gita, Gita terlihat memberikan sebotol air mineral dingin kepada Hendra. Hendra melirik Abel sejenak. Merasa Abel tengah memerhatikan mereka, Hendra menerima air mineral tersebut dan langsung meminumnya hingga tandas.
------
"Kamu nggak nonton pertandingan basket, Bel?" tanya Dinda yang sepertinya sudah tidak canggung dengan Abel.
"Nggak tertarik, Din."
"Kenapa? Bukannya Hendra cowok kamu itu lagi tanding sekarang?"
"Iya sih."
"Kamu harus nonton dong, seenggaknya nyemangatin dia."
"Lo kan tau sendiri, Din."
"Tentang foto kamu yang di tempel di mading?"
"Lo, tau?"
"Gita, dia yang nempel disana. Dia juga yang udah menghasut Hendra. Makanya Hendra kecewa sama kamu."
"Udah gue duga."
"Jadi gimana? Masa kamu ga nonton pacar kamu, ntar dia beneran kecewa sama kamu."
Abel menatap Dinda sejenak, "Temenin ya, Din."
"Ta-tapi, Bel. Ak-"
"Sssttt ... lo nggak usah takut, ada gue," ucap Abel dengan yakin.
Setelah dibujuk beberapa kali, Dinda akhirnya setuju menemani Abel melihat pertandingan team Hendra.
Abel berjalan melewati koridor sambil terus menggenggam tangan Dinda. Kebetulan hanya ada beberapa siswa di lapangan. Siswa yang melihat penampilan Dinda seketika takjub.
"Itu Dinda?"
"Cakep juga anjir kalau rambutnya nggak di kepang dua."
"Kok bisa sama si Abel?"
Mereka mendengar beberapa bisikan siswa yang ada di sepanjang koridor. Tetapi mereka lebih memilih untuk acuh dan tetap melanjutkan langkahnya.
Saat mereka sampai di lapangan indoor, mereka langsung memilih tempat duduk di antara siswa siswi yang bersiap menyaksikan pertandingan basket tersebut. Baik dari tuan rumah maupun sekolah sebelah.
"Bel, aku ga enak banget liat tatapan mereka," ucap Dinda sambil menautkan jari jemarinya.
Abel langsung menggenggam tangan Dinda yang tengah gemetar itu, "Gapapa, Din. Pokoknya lo harus bisa acuh. Anggap aja mereka nggak ada. Selama sama gue, gue bakalan jamin ga ada yang bisa nyakitin lo," ucap Abel dengan yakinnya.
Mendengar itu, Dinda langsung mengangguk dan tersenyum hangat kepada Abel. Abel dan Dinda menyaksikan pertandingan dengan wajah datarnya.
Setelah pertandingan selesai, Abel melihat Gita tengah berlari ke tengah lapangan sambil membawa air mineral menghampiri Hendra. Abel langsung merotasikan bola matanya.
Melihat Hendra menerima air mineral yang di berikan Gita membuat Abel sakit. Dinda yang mengerti perasaan temannya itu langsung menarik tangan Abel menjauhi lapangan tersebut.
Dengan sedih, Abel berjalan mengikuti langkah Dinda. Baru berjalan beberapa langkah, Dinda langsung berhenti.
"Kenapa, Din?" tanya Abel mendongak menatap Dinda yang tiba-tiba berhenti. Tetapi tatapannya justru bertemu dengan Haikal dan iya, itu teman-teman Haikal.
"Kalian ada disini juga?" tanya Abel dengan tatapan yang langsung berbinar.
"Lo gapapa?" tanya Haikal tanpa menjawab pertanyaan Abel.
"Emang kenapa? Gue baik-baik aja."
"Bagus deh kalau gitu. Ke kantin yuk," ajak Gilbert.
Semuanya menyetujui ajakan Gilbert kecuali Dinda. Dinda yang belum terbiasa berkumpul dengan banyak orang merasa sangat canggung.